NTT Darurat Human Trafficking, Sepanjang 2024 Tercatat 51 PMI Meninggal di Luar Negeri

24 Juni 2024, 17:44 WIB
Ketua Dewan pembina PADMA Indonesia (Foto: Istimewa) /

SuaraLamaholot - Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) saat ini sudah masuk kategori darurat Human Trafficking. 

Terhitung sepanjang Januari hingga Juni 2024, tercatat 51 Pekerja Migran (PMI) asal NTT meninggal dunia di luar negeri.

Ketua Dewan Pembina Pelayanan Advokasi untuk Keadilan dan Perdamaian (PADMA) Indonesia, Gabriel Goa, menyampaikan, atas nama PADMA indonesia dirinya menyatakan rasa duka cita yang mendalam terhadap peristiwa ini. 

Baca Juga: Kemenparekraf Gelar Forkomda Perkuat Tata Kelola Komunikasi Krisis Pariwisata di Labuan Bajo

Kepada rri.co.id, Senin 24 Juni 2024 Gabriel katakan, PADMA Indonesia saat ini intens membangun komunikasi dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak tentang Pencegahan TPPO dan Migrasi Aman di NTT yang pilot projectnya dimulai dari Lembata, NTT.

PADMA Indonesia sebelumnya melaksanakan diskusi serial TPPO dan migrasi aman di provinsi NTT, dengan beberapa point rekomendasi yang sudah dihasilkan. 

Baca Juga: Kabupaten Alor Daerah Pertama di NTT Dalam Program Laut untuk Kesejahteraan

Salah satunya penjabat Gubernur NTT harus segera membentuk tim gugus tugas Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).

"Tim gugus tugas TPPO ini harus segera dibentuk. Ini juga sudah diperintahkan Presiden Jokowi terkait dengan banyaknya warga NTT yang meninggal dunia," kata Gabriel Goa.

Baca Juga: Inspiratif! Gaspar Piris Petani Milenial TTU Budidaya Sirih Secara Modern

Dikatakan Gabriel Goa, data BP3MI NTT menyebutkan, dari 51 PMI yang meninggal di luar negeri tersebut, satu PMI prosedural bekerja sebagai nelayan dan meninggal di Taiwan dimana keluarga telah menerima asuransi dari perusahaannya. 

Sementara 50 PMI lainnya adalah non prosedural atau ilegal dan semuanya meninggal di Malaysia.

Data ini lanjut Gabriel Goa, menunjukkan fakta yang mengkhawatirkan dimana rata-rata delapan hingga sembilan warga NTT meninggal setiap bulannya di Malaysia.

Baca Juga: Bayi Meninggal Usai Operasi Ibu Hamil, Ombudsman NTT Minta Dinkes Lembata Segera Audit Internal dan AMP

"Miris sekali membaca data ini. Bagaimana 50 saudara-saudara kita mati secara sia-sia di Malaysia. Tidak ada tanggungjawab dari perusahaan pemberi kerja. Tidak ada asuransi dan tidak ada santunan apapun. Padahal mereka sudah bekerja ikut membangun perusahan tersebut. Sedih sekali rasanya," kata Gabriel Goa.

Berdasarkan data BP3MI NTT, adapun pekerja migran yang meninggal paling banyak berasal dari Kabupaten Malaka, yaitu 11 orang. 

Baca Juga: Info BMKG: Wilayah NTT Berpotensi Angin Kencang 23-25 Juni 2024

Selanjutnya, Flores Timur, Sumba Barat, dan Belu masing-masing enam orang meninggal. 

Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Nagekeo, dan Sumba Barat masing-masing tiga orang, sementara Kota Kupang dan Kabupaten Ende masing-masing dua orang.

Baca Juga: BPOM Kupang Bekali Masyarakat Lembata Tentang Obat dan Makanan Aman Dikonsumsi

Dua jenazah terakhir yang diterima BP3MI NTT pada Senin, 17 Juni 2024, dari Malaysia, berasal dari Kabupaten Belu dan Sumba Barat.***

Editor: Emanuel Bataona

Sumber: RRI

Tags

Terkini

Terpopuler