Akademisi: Perspektif Konstruksi, Gibran Diduga Representasi Politik Dinasti & Rugikan Prabowo sebagai Capres

- 20 Oktober 2023, 20:39 WIB
Analis politik yang juga pengajar Ilmu Komunikasi Politik dan Teori Kritis pada Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang Mikhael Rajamuda Bataona, Jumat 20 Oktober 2023 di Kupang, Provinsi NTT.
Analis politik yang juga pengajar Ilmu Komunikasi Politik dan Teori Kritis pada Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang Mikhael Rajamuda Bataona, Jumat 20 Oktober 2023 di Kupang, Provinsi NTT. /Sumber foto ANTARA/

 

SuaraLamaholot.com-  Gibran Rakabuming Raka dikabarkan bakal menjadi Cawapres pendamping Prabowo pada Pilpres 2024 mendatang. Menguatnya nama Gibran Rakabuming Raka jika ditilik dari perspektif kontruksi sosial dengan meminjam kerangka berpikir Peter L. Berger tentang the social construction of reality, maka konstruksi publik terkait Gibran diduga sebagai representasi politik dinasti sekaligus merugikan Prabowo Subianto sebagai Capres

"Dengan meminjam the social construction of reality dari Peter L. Berger, maka citra para politisi, baik Gibran maupun Prabowo adalah hasil konstruksi. Ketika publik mengkonstruksi Gibran sebagai representasi politik dinasti Jokowi maka resistensi itu akan kuat. Dan ini tentu saja merugikan citra Jokowi yang sudah begitu positip dengan approval rating sangat tinggi, sekaligus juga merugikan Prabowo sebagai Capres," demikian diungkapkan Analis politik yang juga pengajar Ilmu Komunikasi Politik dan Teori Kritis pada Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang Mikhael Rajamuda Bataona, Jumat 20 Oktober 2023 di Kupang, Provinsi NTT.

Sehingga, kata dia, dalam perspektif konstruksi sosial ini, pencalonan Gibran bisa menjadi variabel antagonisme politik bagi Prabowo dalam pertarungan elektoral, dan bagi Jokowi dalam hal kredibilitas dan imparsialitasnya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di negeri ini.

Baca Juga: Panggung Mahfud MD, Jokowi yang Tidak Lagi Diharapkan dan Hilangnya Taji Restu Politik?

Selain itu, sambungnya, bagi pemilih yang juga pendukung Jokowi, Gibran bukanlah Jokowi.

 Meskipun ada semacam asosiasi politik yang menyamakan figur Gibran dan Jokowi, tetapi publik umumnya menolak adanya oligraki dan dinasti politik.

"Dalam perspektif rasionalitas politik publik inilah Gibran akan mendapat resistensi, karena rasionalitas publiklah yang akan menjadi penolak pencalonan Gibran," kata Mikhael Rajamuda Bataona

Menurut Mikhael Rajamuda Bataona, bukan karena publik menolak Gibran, tapi karena mereka sangat menghormati Jokowi. Mereka ingin citra Jokowi terjaga. Mereka menolak jika Jokowi dicitrakan negatif hanya karena Pilpres ini.

Halaman:

Editor: Vinsensius P. Huler

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah