Pemda Flores Timur Apresiasi Catholic Relief Service

- 26 Maret 2024, 16:28 WIB
Suasana saat kegiatan
Suasana saat kegiatan /Vinsensius P.Huler/
 
 
 
 
SuaraLamaholot.com - Pemda Kabupaten  Flores Timur menilai Catholic Relief Service (CRS) sebagai salah satu solusi memadai atas persoalan bencana alam yang terjadi di kabupaten dengan ibu kota Larantuka ini. Selain itu, Pemda Flores Timur juga mengapresiasi dan menyambut baik upaya CRS melalui peluncuran program Community Resilience to Recurring Catastrophes  (CORRECT).
 
Predikat yang disematkan serentak apresiasi dari  Pemda Flores Timur 
kepada Catholic Relief Service (CRS)  itu diungkapkan Penjabat Bupati Flores Timur, Doris Alexander Rihi melalui Asisten  Sekda bidang Pembangunan dan Perekonomian, Andreas Kewa Aman, saat menghadiri  kegiatan Program Peningkatan Ketangguhan Masyarakat Terhadap Bencana yang Berulang  (Community Resilience to Recurring Catastrophes/CORRECT) yang dihelat di Hotel Sunrise Larantuka, Senin 25 Maret 2024.
 
Lebih rinci diterangkannya, selama beberapa tahun belakangan ini terjadi bencana alam yang sangat berdampak pada kehidupan masyarakat di Flores Timur. Pada tahun 2021 terjadi banjir bandang denhan intensitas hujan yang sangat tinggi yang terjadi beberapa hari di Pulau Adonara sehingga mengakibatkan puluhan orang meninggal, kerusakan fasilitas umum dan rumah warga. Pada tahun 2023 Flores Timur dilanda cuaca extrim yang diawali dengan hujan terus menerus dengan intensitas tinggi disertai angin  sejak akhir Desember 2022. Cuaca extrim ini kemudian mengakibatkan puluhan rumah warga dan fasilitas umum mengalami kerusakan.
 
 
Berikutnya di awal  tahun ini, ratusan bahkan ribuan warga di Kecamatan Wulanggitang  dan Ile Bura terpaksa harus mengungsi ke kecamatan lainnya bahkan ke Kabupaten Sikka akibat ancaman letusan Gunung Lewotobi laki-laki. Hampir di waktu yang sama pula cuaca ekstrim kembali melanda di Kecamatan Lewolema, Tanjung Bunga, dan Demon Pagong yang mengakibatkan sejumlah rumah rusak ringan hingga berat 
 
Sederet fakta yang terjadi telah mengingatkan kita bahwa Kabupaten Flores Timur memiliki potensi bencana hampir setiap tahunnya. Berbagai arah dan kebijakan pembangunan tentunya diarahkan untuk  pelaksanaan program pembangunan yang menyentuh persoalan-persoalan ini. Selain pembangunan fasilitas dan komponen yang bertujuan untuk mengurangi dampak yang lebih parah, masyarakat pun perlu dipersiapkan dan dilatih untuk menghadapi potensi bencana serta upaya-upaya adaptasi untuk perubahan iklim, keberlanjutan mata pencaharian dan peningkatan ekonomi melalui kegiatan pertanian cerdas iklim dan lain sebagainya 
 
 
"Oleh karena itu, selaku Penjabat Bupati Flores Timur saya menilai kehadiran CRS di Flores Timur sebagai salah satu jalan solusi atas persoalan-persoalan di atas sehingga bersama-sama dengan pemerintah akan terus bekerjasama dan berkomitmen terhadap upaya dan solusi terbaik dalam mengadapi dan menyikapi situasi perubahan iklum dan bencana ini," ucap Andreas Kewa Aman membacakan sambutan Penjabat Bupati Flores Timur.
 
Tak hanya itu, pihaknya juga mengapresiasi dan menyambut baik upaya CRS melalui peluncuran program Comunity Resilience to Reccuring Castatrophes ( CORRECT) pada hari ini yang berfokus pada penguatan kapasitas PRB mitra lokal dan pemangku kepentingan kunci. Program ini dinilai sangat tepat dilaksanakan guna mendukung masyarakat melakukan penganekaragaman mata pencaharian, mendorong antisipasi dan pemulihan bencana melalui simpan pinjam internal komunitas dan menawarkan solusi mata pencaharian alternatif 
 
 
"Saya sungguh berharap bahwa program ini pada akhirnya dapat meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah dalam menghadapi bencana serta menghasilkan  rencana yang dapat disinkronkan dengan program-program pembangunan pemerintah  yang teraktualisasi dalam program OPD terkait," pungkasnya.
 

Tentang Catholic Relief Services 

 
 
Catholic Relief Services (CRS) United States Conference of Catholic Bishops (CRS-USCCB) adalah organisasi pembangunan masyarakat dan bantuan kemanusiaan yang didirikan oleh Konferensi Uskup Katolik Amerika Serikat pada 1943 untuk membantu masyarakat miskin, rentan, kurang beruntung, dan terdampak bencana di lebih dari 100 negara tanpa memandang ras, kebangsaan dan keyakinan.
 
 Selain itu, CRS telah bekerja di Indonesia sejak 1957 melalui kerjasama kemitraan dengan Kementerian Sosial RI yang dituangkan dalam Memorandum Saling Pengertian (MSP). 
 
Saat ini CRS Indonesia sedang menjalankan program kesiapsiagaan masyarakat di Kabupaten Belu, Flores Timur dan Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan strategi Pengurangan Risiko Bencana (PRB), Adaptasi perubahan iklim (API), serta keberlanjutan mata pencarian dan peningkatan ekonomi melalui kegiatan pertanian cerdas iklim, pemasaran dan kelompok simpan pinjam internal masyarakat (SILC). 
 
Program Kerja CRS Tahun 2024 (PAR IV CORRECT) Mulai Januari 2024, CRS Indonesia akan menjalankan fase keempat Program Preparedness and Resilience (PAR IV) yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan masyarakat dalam menghadapi bencana yang kerap berulang di Nusa Tenggara Timur melalui Program PAR IV-CORRECT (Community Resilience to Recurring Catastrophes).
 
 
 PAR IV-CORRECT fokus pada penguatan kapasitas PRB mitra lokal dan pemangku kepentingan kunci. Proyek ini mendukung upaya masyarakat melakukan penganekaragaman mata pencarian, mendorong antisipasi dan pemulihan bencana melalui simpan pinjam internal komunitas (SILC-saving and internal lending community) dan menawarkan solusi mata pencarian alternatif. Selain itu, PAR IV-CORRECT juga bertujuan untuk meningkatkan inklusi dan partisipasi bermakna dari kelompok rentan
 
 
Belajar dari keberhasilan dan pengalaman program PAR sebelumnya, pada fase kali ini CRS akan melanjutkan kolaborasi dengan pemerintah daerah dan organisasi perangkat daerah (OPD) seperti Dinas Sosial, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, serta Dinas Lingkungan Hidup dan kehutanan, serta OPD terkait lainnya.
 

Mengemban Misi Kemanusiaan

 
Lembaga Internasional 'Catholic Relief Series' (CRS) yang fokus bergerak dalam misi kemanusiaan, memiliki lokasi program pekerjaan di dua Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur yakni Kabupaten Kupang dan Kabupaten Flores Timur. 
 
Dilansir dari data CRS ada 5 Desa di Kabupaten Kupang yang menjadi kunci program di antaranya Desa Tuakau, Nuataus, Naitae, Nonbaun, Nunsaen. 
 
Sedangkan di Kabupaten Flores Timur juga ada 5 Desa yakni, Konga, Nobo, Dulipali, Hokeng Jaya, Boru. Kelima desa ini merupakan lokasi terdampak Gunung Lewotobi laki-laki.
 
Tak pelak, program 
Comunity Resilience to Reccuring Castatrophes ( CORRECT) rencananya akan dijalankan selama tiga tahun di  5 desa terdampak tujuan dengan tujuan untuk meningkatkan ketahanan masyarakat dalam menghadapi bencana yang kerap berulang.
 
Peluncuran Comunity Resilience to Reccuring Castatrophes ( CORRECT) dimaksud untuk memperkenalkan proyek  CORRECT sekaligus menyusun rencana jerja tahunan, sebagaimana diamanatkan dalam Memorandum Saling Pengertian (MSP) antara CRS-USCCB dengan Kementerian Sosial RI bahwa Program CRS harus sejalan  dengan Rencana Pembangunan Pemerintah  Daerah dan dalam pelaksanaan harus bekerjasama dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait seperti dalam pelaksanaan proyek Flodesa 2021-2023 lalu. 
 
CRS Indonesia akan meneruskan kerja sama dengan Pemerintah Daerah dan OPD seperti Dinas Sosial, BPBD, Dinas Pertanian, PPL, Tagana dan OPD terkait lainnya.
 
Selain itu, CRS Indonesia juga akan terus melanjutkan kolaborasi dengan mitra lokal yang telah terbukti memiliki pengalaman bekerja di tingkat komunitas wilayah sasaran. Dalam pelaksaan proyek CORRECT ini CRS Indonesia akan meneruskan kerja sama yang sudah berjalan baik dengan Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Sosial (YPPS) di Kabupaten Flores Timur
 
Proyek yang didanai oleh Margareth A Cargil Philantrophy (MACP) ini tekah memasuki fase ke IV dan fokus pada penguatan kapasitas Pengurangan Resiko Bencana (PRB) masyarakat dan Pemerintah Daerah. 
 
Proyek CORRECT mendukung upaya masyarakat dalam melakukan penganekaragaman mata pencaharian, mendorong antisipasi dan pemulihan ekonomi pasca bencana melalui simpan pinjam internal komunitas (SLC-saving and internal landing communities) serta mengenalkan solusi mata pencaharian alternatif. Selain itu, proyek ini juga bertujuan untuk meningkatkan inklusi dan partisipasi bermakna dari kelompok rentan.
 
Dalam sambutannya, Country Manager CRS Indonesia, Yenni Suryani menegaskan pentingnya kolaborasi, peran dan keselarasan dalam menjalankan program pembangunan.
 
 
"CORRECT dirancang selaras dengan program pembagunan di Kabupaten Flores Timur, terutama terkait pengurangan resiko bencana dan pengembangan ekonomi masyarakat. Masyarakat memiliki kapasitas dan wewenang untuk membangun diri sendiri. Proyek CORRECT akan membantu masyarakat mengidentifikasi sumber daya yang dimiliki dan mengembangkannya sehingga mampu mengambil peran kunci dan usaha pengurangan resiko bencana serta dalam merespon bencana yang terjadi di wilayah masing-masing,"imbuhnya.***
 
 

Editor: Vinsensius P. Huler


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x