SuaraLamaholot.com - Sepatu butut yang dianggap tak layak dikenakan dan ketiadaan ongkos tranportasi tak lantas membenamkan secarik harapan yang terpatri. Di atas segenggam pedih perih yang masih teramat belia, serta medan kemiskinan yang seolah menjadi momok justru memacu Yohanes Soisera untuk menunaikan asa menjadi seorang polisi demi membanggakan orang tua kendati harus berjalan kaki sejauh 21 kilometer. Berikut sekelumit kisahnya.
Yohanes Soisera adalah anak yatim. Pemuda berusia 22 tahun ini bermukim di Waena distrik Heram, Kota Jayapura.
Selepas sang ayah meninggal 10 tahun silam, sang ibunda tercinta selalu menitipkan pesan kepada dirinya agar jangan mengkonsumsi minuman keras (miras). Dan, bila semesta merestui dirinya mencoba peruntungan dengan mengikuti tes menjadi anggota polisi.
Baca Juga: Filosofi Pendidikan & Kisah Guru di Flores Timur Didik Murid Sekolah Pelosok hingga Sabet Prestasi
Saban hari, pesan sang ibunda terus tergiang di nubari Yohanes Soisera. Apalagi dirinya memang sedari kecil bercita-cita menjadi polisi.
Secercah harap perlahan tersingkap sesudah dirinya menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan disaat yang bersamaan dirinya mendengar kabar akan ada pembukaan anggota kepolisian Republik Indonesia.
Dirinya kemudian melengkapi semua persyaratan dan mendaftar.
Pagi itu sekira pukul 05.00 WITA saat bening kristal embun masih menempel pada sehelai dedaunan dan terik jahanam mentari masih terpulas tidur.
Yohanes Soisera bergegas pergi dari kediaman dengan mengenakan baju berwarna putih selaras dengan celana yang dikenakannya. Pun sepatu butut yang kerap dipakainya.
Tujuannya bergegas pergi saat pagi masih teramat belia lantaran mengikuti tes di Lapangan Rastra Samara SPN Polda Papua. Menariknya, jarak dari kediamannya menuju Rastra Samara SPN Polda Papua sejauh 21 kilometer.
Apesnya, dirinya tak memiliki uang sepeser pun untuk ongkos transportasi.
Meski seonggok materi tak dimilikinya tapi tidak pada tekad dan niat untuk mengikuti tes jasmani.
Demi menggapai asa dan menunaikan pesan sang ibunda Yohanes Soisera bersikukuh untuk mengikuti tes walau harus berjalan kaki sejauh 21 kilometer
Sesampainya di lokasi tes sekira pukul 09.00 landasan sepatu butut yang kerap dipakainya untuk menghangatkan kakinya dari sengat panas aspal jalan dan duri-duri jahanam yang menempel pada bibir sepatunya itu pun sudah tak layak pakai. Sungguh pada bagian ini sengenggam pedih perih di atas medan kemiskinan seolah menjadi momok.
Melihat sepatu Yohanes Soisera sudah tak layak dipakai, Tim Panitia SPN Polda Papua atas dasar kasih dan sikap humanisme berinisiatif untuk memberikan sepatu kepada Yohanes Soisera agar dapat mengikuti tes jasmani hingga selesai.
Sesudah mengikuti tes Yohanes Soisera mengaku tujuannya untuk menjadi anggota polisi untuk membanggakan orang tua dan mengabdi kepada negara.
Baca Juga: Filosofi Pendidikan & Kisah Guru di Flores Timur Didik Murid Sekolah Pelosok hingga Sabet Prestasi
"Saya Yohanes Soisera asal Polres Mamberamo Raya. Saya ingin menjadi anggota Brimob, membanggakan orang tua dan mengabdi kepada negara. Saya terlambat tadi karena tidak ada ongkos, dan saya jalan kaki dari Waena sampai tiba SPN Polda Papua. dan saya ikut tes Jasmani," kata Yohanes sebagaimana dikutip suaralamaholot.com dari RRI.***