Kisah Anak Yatim dengan Sepatu Butut Rela Jalan Kaki 21 Km Demi Ikut Tes Polisi

- 26 Juni 2024, 19:55 WIB
Yohanes Soisera   saat berpose memegang sepatu baru dan sepatu butut untuk mengikuti tes
Yohanes Soisera saat berpose memegang sepatu baru dan sepatu butut untuk mengikuti tes /Humas Polri/

 

 

 

SuaraLamaholot.com - Sepatu butut yang dianggap tak layak dikenakan dan ketiadaan ongkos tranportasi tak lantas membenamkan secarik harapan yang terpatri. Di atas segenggam pedih perih yang masih teramat  belia,   serta  medan  kemiskinan yang seolah menjadi momok  justru memacu Yohanes Soisera  untuk menunaikan asa menjadi seorang polisi demi membanggakan orang tua kendati harus berjalan kaki sejauh 21 kilometer. Berikut sekelumit kisahnya.

 

Yohanes Soisera  adalah anak yatim. Pemuda berusia 22 tahun ini bermukim di  Waena distrik Heram, Kota Jayapura.

 

 Selepas sang  ayah meninggal 10 tahun silam, sang ibunda tercinta selalu menitipkan pesan kepada dirinya  agar jangan mengkonsumsi minuman keras (miras). Dan, bila  semesta merestui dirinya mencoba peruntungan dengan mengikuti tes menjadi anggota polisi.

Baca Juga: Filosofi Pendidikan & Kisah Guru di Flores Timur Didik Murid Sekolah Pelosok hingga Sabet Prestasi

Saban hari, pesan sang ibunda terus tergiang di nubari Yohanes Soisera. Apalagi dirinya memang sedari kecil bercita-cita menjadi polisi. 

 

Secercah harap perlahan tersingkap sesudah dirinya menamatkan pendidikan Sekolah Menengah  Atas (SMA) dan disaat yang bersamaan dirinya  mendengar kabar akan ada pembukaan anggota kepolisian Republik Indonesia. 

Dirinya kemudian melengkapi semua persyaratan dan mendaftar. 

Pagi itu sekira pukul 05.00 WITA saat  bening kristal  embun masih menempel pada sehelai dedaunan dan terik jahanam mentari masih terpulas tidur. 

 

Yohanes Soisera bergegas pergi dari kediaman dengan mengenakan baju  berwarna putih selaras dengan celana yang dikenakannya. Pun sepatu butut yang kerap  dipakainya.

 

Tujuannya bergegas pergi saat pagi masih teramat belia lantaran mengikuti tes di Lapangan Rastra Samara SPN Polda Papua. Menariknya, jarak dari kediamannya menuju Rastra Samara SPN Polda Papua sejauh 21 kilometer.

 

Apesnya, dirinya tak memiliki uang sepeser pun untuk ongkos transportasi. 

 

Meski seonggok materi tak dimilikinya tapi tidak pada tekad dan niat untuk mengikuti tes jasmani.

Demi menggapai asa dan menunaikan pesan sang ibunda  Yohanes Soisera bersikukuh untuk mengikuti tes walau harus berjalan kaki sejauh 21 kilometer 

 

Sesampainya di lokasi tes sekira pukul 09.00 landasan  sepatu butut yang kerap dipakainya  untuk menghangatkan kakinya dari sengat panas aspal jalan dan duri-duri jahanam yang menempel pada bibir sepatunya itu pun sudah tak layak pakai.  Sungguh pada bagian ini  sengenggam  pedih perih di atas medan  kemiskinan seolah menjadi momok.

 

Melihat sepatu Yohanes Soisera sudah tak layak dipakai,  Tim Panitia SPN Polda Papua atas dasar kasih dan sikap humanisme berinisiatif untuk memberikan sepatu kepada Yohanes Soisera  agar dapat mengikuti tes jasmani hingga selesai.

 

Sesudah mengikuti tes Yohanes Soisera mengaku tujuannya untuk menjadi anggota polisi untuk membanggakan orang tua dan mengabdi kepada negara. 

Baca Juga: Filosofi Pendidikan & Kisah Guru di Flores Timur Didik Murid Sekolah Pelosok hingga Sabet Prestasi

"Saya Yohanes Soisera asal Polres Mamberamo Raya. Saya ingin menjadi anggota Brimob, membanggakan orang tua dan mengabdi kepada negara. Saya terlambat tadi karena tidak ada ongkos, dan saya jalan kaki dari Waena sampai tiba  SPN Polda Papua. dan saya ikut tes Jasmani," kata Yohanes sebagaimana dikutip suaralamaholot.com dari RRI.***

 

Editor: Vinsensius P. Huler

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah