SuaraLamaholot.com - Tak ada air bersih di Ruang Nifas Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Hendrikus Fernandez Larantuka, beberapa waktu lalu. Tak ayal, oknum di RSUD dr. Hendrikus Fernandez Larantuka, lalu meminta salah satu keluarga pasien agar membeli botol Aqua untuk memandikan bayi. Permintaan dari oknum yang bekerja di RSUD yang konon telah berstatus BLUD itu akhirnya ditunaikan oknum keluarga pasien. Padahal, merujuk pada data yang berhasil dihimpun media ini pada Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Flores Timur Tahun Anggaran 2019 untuk poin belanja air di Rumah Sakit Umum Daerah dr Hendrikus Fernandez Larantuka, sebesar Rp.18.000.000
Kisah 'miskin' air bersih yang terjadi beberapa waktu lalu di Ruang Nifas
RSUD dr. Hendrikus Fernandez Larantuka itu diungkapkan Ketua Yayasan Permata Bunda Berbelas Kasih, Noben Da Silva. Kepada suaralamaholot.com, Minggu 24 maret 2024 via panggilan WhatsApp, Ma Noben panggilan akrab Noben Da Silva menuturkan ketiadaan air bersih di Ruang Nifas diketahuinya saat ia pergi ke RSUD dr. Hendrikus Fernandes Larantuka, sekira pukul 12.00 wita lebih.
Tujuannya ke RSUD dr Hendrikus Fernandez Larantuka untuk menjenguk salah seorang pasien asal Pulau Solor.
Sesampainya di sana, ia berpapasan dengan seorang ibu dari wilayah Tanjung Bunga atau dari Titehena yang membeli 4 botol Aqua
"Saya tanya mama beli Aqua besar- besar buat apa? Ibu kami di Ruang Nifas itu tidak ada air, jadi mereka suruh kami beli air buat mandi bayi. Saya hanya kaget mendengar itu," kata Noben Da Silva menirukan percakapannya dengan seorang keluarga pasien itu.
Keesokan harinya, kata Noben Da Silva, ia kembali ke RSUD dr. Hendrikus Fernandez Larantuka untuk menjengguk pasien asal Solor yang telah dikunjunginya sehari sebelumnya.
Sesampainya di sana, dirinya mendapatkan informasi bahwa pasien itu telah dipindahkan ke Ruang Nifas.
Seketika ia pun bergegas pergi ke ruangan itu. Namun demikian, saat mengijakkan kaki di ruang tersebut dihirupnya aroma menyengat.
"Lalu saya lihat dia pakai baju yang sama seperti kemarin, keringat keluar. Saya tanya Osin sudah lap badan belum?. Belum ibu air tidak ada,"ucap Noben Da Silva menirukan percakapannya dengan pasien asal Solor itu.
Mendengar itu, sambungnya, seketika ia keluar dan bergegas pergi menemui oknum bidan, memperkenalkan dirinya dan meminta izin untuk menyumbang air di Ruang Nifas.
"Ibu, terima kasih banyak-banyak. Kalau bisa ibu langsung ke Manajemen,"ucap Noben Da Silva menirukan perkataan oknum bidan.
Ia menambahkan, oknum bidan itu kemudian menunjukkan ruangan.
Saat di dalam perjalanan ia melihat beberapa dokter termasuk direktur RSUD Larantuka.
"Saya lihat di papan nama bertuliskan dr. Paul Lameng? Pak dokter saya mau sumbang air bolehkah? Aduh ibu terima kasih banyak. Ibu nanti saya telepon kepala teknisi. Pak dokter kasih tahu saya jalan yang dialiri air dan jalan yang dijalani kendaraan yang membawa air lewat mana?. Saya mau sumbang air di Ruang Nifas karena jorok. Begitu banyak manusia atau di dalam tetapi tidak ada air,"katanya.
"Air minum masih mending mereka bisa bawa tetapi misalnya kalau mereka mau lap badan atau BAB ata buang air kecil kan butuh air,"tambahnya
Menurut Noben Da Silva, bantuan air bersih yang diberikannya dari keterbatasannya merupakan reaksi spontanitas dan keprihatinannya terhadap apa yang diamati dan dihirupnya kala berada di Ruang Nifas. Lebih jauh dari pada itu adalah sisi kemanusiaan.
"Yang saya lihat ini bukan rumah sakitnya melainkan yang datang berobat di rumah sakit ini adalah manusia,"pungkasnya.
Sementara itu, berdasarkan data yang berhasil dihimpun media ini pada Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Flores Timur Tahun Anggaran 2019 untuk poin belanja air di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hendrikus Fernandez Larantuka, sebesar Rp.18.000.000
Terpisah, Direktur RSUD dr. Hendrikus Fernandez Larantuka, dr. Paui Lameng saat dikonfirmasi via whatsApp, Senin 25 Maret malam membenarkan ketiadaan air bersih di Ruang Nifas
"Malam. Benar," katanya
Lebih rinci diterangkannya faktor yang menyebabkan ketiadaan air di Ruang Nifas lantaran terjadi kerusakan mesin pompa air utama di RS.
"Kondisi mesin lama, dan ada sumbatan di sumur lokasi pompa air," bebernya.
Meski demikian, sambungnya, pompa air itu telah berfungsi kembali
"Puji Tuhan, pompa sudah berfungsi kembali dari sabtu sore,"sebutnya.
Ia menambahkan untuk solusi jangka panjang selain pengadaan pompa baru, sedang diupayakan jaringan PDAM 24 jam dan sumur bor baru.
"Sedang berproses semua,"ucapnya sembari menyebut bakal mengecek biaya rincian Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Flores Timur Tahun Anggaran 2019 untuk poin belanja air di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hendrikus Fernandez Larantuka, sebesar Rp.18.000.000. Begitupula belanja air pada tahun 2020, 2021, 2022, 2023 dan 2024.
"Untuk biaya, rinciannya nanti saya cek kembali lebih dahulu," pungkas orang nomor satu di RSUD dr Hendrikus Fernandez Larantuka itu.***