Politik Primordial Jelang Pilkada 2024 dan Tiga Legacy Doris Alexander Rihi di Lewotanah Flores Timur

- 25 April 2024, 18:50 WIB
Penjabat Bupati Flores Timur, Doris Alexander Rihi bersama rombongan saat melakukan Kunker beberapa waktu lalu
Penjabat Bupati Flores Timur, Doris Alexander Rihi bersama rombongan saat melakukan Kunker beberapa waktu lalu /Dokumen Suara Lamaholot/

 

 

SuaraLamaholot.com - Publik di grup "kerajaan media sosial" disuguhi isu politik primordial atau politik identitas jelang Pilkada 2024.  Kini, sudah saatnya untuk tidak boleh terjebak pada dikotomi Solor, Adonara Larantuka lagi melainkan berusaha  menghentikan laju sistem politik parokial dan beralih ke sistem politik partisipan sebab pada prinsipnya tak ada yang mempersoalkan siapa yang bakal menjadi Bupati Flores Timur nanti. Yang paling terpenting siapa the next leader Kabupaten Flores Timur yang bakal menyamai atau bahkan melampaui kinerja kerja Penjabat Bupati Flores Timur Doris Alexander Rihi yang seolah menjelma sebagai kiblat standar tinggi serentak bakal meninggalkan  tiga Legacy (warisan)  di Lewotanah Flores Timur.

Fenomen empiris isu di kerajaan medsos dan tiga Legacy yang bakal ditinggalkan Penjabat Bupati Flores Timur Doris Alexander Rihi, itu diungkapkan oleh Staff Pengajar Fisip Unwira Kupang, Dion Lamawuran. 

Kepada suaralamaholot.com, via layanan seluler Rabu 24 April 2024, Dion Lamawuran menerangkan, kita tidak boleh terjebak pada dikotomi wilayah sebab isu primordial itu tidak penting.

Baca Juga: Rutan Larantuka Gandeng Kodim 1624 & Dinas Lingkungan Hidup Flores Timur Baksos di RSUD Hendrikus Fernandez

"Lalu kaitannya dengan para figur ini menurut saya, kita tidak boleh terjebak dalam dikotomi Solor, Adonara dan Larantuka lagi. Memang banyak ruang dalam diskusi publik atau diskusi privat di grup WhatApp itu banyak pendapat yang memunculkan egosentris wilayah.  Orang Adonara mau jadi nomor satu. Begitu pula orang Solor, dan Flores daratan juga memiliki ambisi yang sama. Pertanyaanya, apakah itu penting ? Kalau menurut saya isu primordial itu tidak penting,"katanya.

 

Lebih rinci diterangkannya, narasi politik primordial atau politik identitas memang kerap menjadi isu seksi dan sensitif yang biasanya dimunculkan di daerah-daerah atau negara-negara yang memang budaya politiknya itu masih parokial. Hal ini disebabkan karena orang mau mendulang suara dengan isu-isu seperti itu.

Untuk konteks di Kabupaten Flores Timur, kata dia,  isu yang berhembus ke publik berkaitan dengan isu daerah.

"Kenapa seperti itu, karena memang hampir 80 persen masyarakat pemilih kita itu  ijazahnya cuma sampai SMP kalau standar nasional. Jadi, orang melihat bahwa fakta ini menjadi peluang yang potensial untuk mempengaruhi rasionalitas berpikir masyarakat. Jadi, itu adalah salah satu ciri di negara atau daerah yang masih menganut sistem politik parokial,"ucapnya.

Celakanya, apabila sistem politik parokial masih dipelihara, maka akan  berdampak pada paradigma berpikir yang bukan terarah pada melihat figur yang berkualitas melainkan cenderung menentukan figur itu berasal dari kami atau tidak.

Kini, sudah saatnya berhenti   dari  sistem politik parokial  dan beralih ke sistem politik partisipan.

Salah satu upaya untuk membumikan politik partisipan  dengan cara melibatkan suprastruktur politik untuk fokus membangun politik edukasi.

"Contohnya, teman-teman organisasi mahasiswa semisal AMA Kupang, Kemah Solor maupun organisasi teman-teman dari Larantuka,  dan atau organisasi kemasyarakatan diberikan  ruang untuk menguji gagasan dari para calon. Ruang-ruang ini walaupun tidak terlalu signifikan tetapi menurut saya pasti akan berdampak juga untuk kepentingan kelompok anak muda. Selain itu, kita berharap para pelaku seperti partai politik dan panitia penyelenggara Pemilu harus bisa juga mengedukasi. Kalau kita harap instrumen dari kelompok-kelompok ini agak sulit karena setiap tahun mereka juga sudah buat tapi implikasinya tidak terlalu signifikan; semua berjalan di standar normatif,"sebutnya.

Pada prinsipnya, sambungnya,  siapa saja yang naik jadi Bupati Flores Timur nanti  kita tidak persoalkan. Asalkan jangan lagi kita terjebak pada  narasi dia dari Solor, Adonara atau Larantuka, sebab itu tidak penting. 

"Karena kalau kita tetap fokus di situ, kita tidak akan pernah maju.  Bahkan menurut saya kalau bisa Pak Doris Alexander Rihi jadi calon Bupati Flores Timur saja.  Tetapi, itu kan agak sulit,"ucapnya.

 

Dalam kaitan dengan Pilkada Flores Timur, lanjut Dion Lamawuran menjelaskan, Penjabat Bupati Flores Timur, Doris Alexander Rihi, telah meletakan kiblat serentak standar yang sudah sangat tinggi

 

"Isu primordial itu tidak penting. Yang terpenting menurut saya adalah siapa the next leader yang mempunyai kemampuan atau kapasitas yang bisa menyaingi atau bahkan melampaui kinerja kerja pada masa kepemimpinan Penjabat  Bupati Flores Timur, Doris Alexander Rihi,"ujarnya.

Secara ekspilisit dijelaskan Dion Lamawuran, menyaingi dalam arti memiliki konsep pembangunan yang jelas. 

"Jadi, kita bisa mengukur standar kualitas pemimpin dari apa yang mau dia buat di hari pertama dia memimpin, dan di hari terakhir dia memimpin nanti Flores Timur akan jadi seperti apa. Minimal dia harus bisa bicarakan itu dalam satu konsep pembangunan yang jelas. Kita butuh yang gagasannya bisa diukur baik  secara kuantitatif maupun secara kualitatif,"sebutnya.

Menurut Dion Lamawuran, Penjabat Bupati Flores Timur, Doris Alexander Rihi bakal meninggalkan tiga warisan (Legacy). Masi-masing, yakni: transformatif, tidak  adanya politik transaksional dan humanisme.

Pertama, Transformatif. Predikat pemimpin transformatif dilekatkan pada Doris Alexander Rihi lantaran pada saat kepemimpinannya sebagai Penjabat Bupati Flores Timur, suami dari Ny.Stefani  Sri Mutarti Rihi ini mampu membawa perubahan signifikan hanya dalam kurun waktu dua tahun kepemimpinannya. Sebagai misal, launching RSP Pratama Adonara,  beberapa ruas jalan di Adonara, beberapa ruas jalan di Larantuka, ruas jalan dan rencana pembangunan RSP di Pulau Solor, dan masih banyak lagi.

Hal positif di atas dinilai spektakuler karena Penjabat Bupati Flores Timur Doris Alexander Rihi terus berupaya semaksimal  mungkin dalam melakukan lobi-lobi politik untuk mendapatkan dukungan dana dari pusat sehingga APBD kita tidak terkuras habis untuk beberapa proyek-proyek penting dan itu kelebihannya. 

"Dia menunjukan bahwa pemimpin daerah itu salah satu kunci keberhasilannya yaitu bagaimana membangun network (jejaring). Hal ini yang hampir dan sulit kita temukan," katanya.

Kedua, sambungnya, Tidak Adanya Transfer Politik Transaksional. Pada masa kepemimpinan Penjabat Bupati Flores Timur Doris Alexander Rihi, nyaris tidak ditemukan transfer politik transaksional. Tak pelak, edukasi tentang tidak adanya politik transaksional dalam konsep pembangunan yang terjadi di Flores Timur perlu diadopsi dari masa kepemimpinan Doris Alexander Rihi.

"Semua berjalan secara real sehingga peluang nepotisme itu tidak ada,"kata Dion Lamawuran.

Ketiga, Humanisme. Penjabat Bupati Flores Timur  Doris Alexander Rihi, kata Dion Lamawuran, sangat humanis dan diterima oleh semua masyarakat.

Doni Lamawuran menambahkan,  kita perlu memberikan apresiasi kepada  Penjabat Bupati Flores Timur,  Doris Alexander Rihi. 

"Jadi, siapa pun dia entah itu masyarakat luas atau publik Flores Timur, elit partai politik atau pun para birokrat semua harus memberikan apresiasi bahwa dua tahun ini sangat fenomenal dari Pak Doris Alexander Rihi. Cuma agak sulit karena kehadiran Pak Doris Alexander Rihi ini tidak semua orang menyukai terutama dari elit partai politik,"bebernya.

Apresiasi ini, kata dia, berdasarkan fakta yang kita temukan dari apa yang sudah dia lakukan yang menjadi warisan (Legacy) dari kepemimpinannya. 

"Setelah kita lihat dari situ, maka kira-kira apa yang perlu kita tambahkan dari apa yang sudah dibuat oleh pak Doris. Ini yang perlu diapresiasi dan dibutuhkan komitmen dari para calon untuk mau melihat mana yang kurang ditingkatkan dan yang lebih dipertahankan," ucapnya seraya meminta agar  belajar dari legacy pada masa kepemimpinan Doris Alexander Rihi.

Baca Juga: Relawan JAS di Flores Timur Komitmen Dukung Johni Asadoma Jadi Calon Gubernur NTT

 

"Mereka juga harus berani mengakui dan belajar dari sana. Menurut saya hal yang paling penting itu tentang koneksi atau jaringan, karena tanpa ada koneksi atau jaringan ke pusat kita hanya harap Dana Alokasi Umum  (DAU) ini kuat berapa kita,"imbuhnya.***

 

Editor: Vinsensius P. Huler


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah