Berikut Perbedaan Gejala DBD, Tifus dan Malaria Menurut Staf Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu FKUI-RSCM

- 26 Oktober 2023, 17:46 WIB
Terkadang kita sulit membedakan ciri-ciri penyakit yang sering kita lihat dan alami dalam kehidupan sehari-hari, misalnya demam berdarah, Tifus dan malaria.
Terkadang kita sulit membedakan ciri-ciri penyakit yang sering kita lihat dan alami dalam kehidupan sehari-hari, misalnya demam berdarah, Tifus dan malaria. /Pexels/

SuaraLamaholot.com - Terkadang kita sulit membedakan ciri-ciri penyakit yang sering kita lihat dan alami dalam kehidupan sehari-hari, misalnya demam berdarah, Tifus dan malaria.

Menurut Staf Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI-RSCM dr. Adityo Susilo, Sp.PD-KPTI, FINASIM menjelaskan bahwa perbedaan demam berdarah dengue (DBD), tifoid (biasa disebut tifus) dan malaria yang memiliki gejala hampir mirip. "Ini lumayan sulit, karena gejalanya sama-sama demam," sebut Adityo dalam sebuah webinar kesehatan pada Kamis 26 Oktober 2023.

Adityo juga menjelaskan DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Ciri nyamuk tersebut memiliki bintik-bintik putih di tubuhnya.

Baca Juga: Polusi dan Cuaca Ekstrem di Indonesia Bisa Picu Infeksi Tifoid, Begini Cara Pencegahannya

Salah satu kunci penting dari gejala DBD adalah demam tinggi yang muncul mendadak, kemudian pasien juga mengalami sakit kepala hebat, mata berat, nyeri otot, dan lemas.

"Infeksi ini juga bisa mengganggu proses pencernaan di lambung, maka tidak jarang pasien juga mengalami mual, nyeri ulu hati, sehingga kemampuan makan dan minum menjadi sangat turun," kata Adityo.

Gejala tersebut menurutnya, muncul saat fase awal di mana virus sedang sangat aktif yang pada umumnya berlangsung selama tiga hari.

Baca Juga: Disfungsi Ereksi Bisa Pulih dengan Latihan Aerobik

"Uniknya, setelah demam turun, justru kita masuk fase kritis. Ini karena antibodi mulai terbentuk dan sifatnya lebih destruktif. Proses perlawanan menjadi semakin hebat dan risiko syok dan pendarahan akan meningkat. Ini akan berlangsung tiga hari, tapi beberapa kasus bisa extend," ucap Adityo.

"Setelah di akhir fase kritis, demam bisa muncul lagi tapi tidak setinggi di awal. Setelah itu baru kita masuk fase penyembuhan, tentu keluhan lebih baik, trombosit meningkat, dan kondisi akan pulih," sambungnya.

Sedangkan tifoid, Adityo menjelaskan penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang biasanya ditemukan di air atau makanan yang terkontaminasi. Menurut dia, gejala demam tifoid tidak mendadak seperti DBD, melainkan muncul secara bertahap.

Baca Juga: Kejaksaan Agung Tetapkan Jadwal Sidang Pembacaan Tuntutan Tiga Tersangka Dugaan Korupsi BTS 4G

"Demamnya mengikuti pola anak tangga, di mana dari hari ke hari, demamnya semakin tinggi," ungkap Adityo.

Lanjut Adityo bahwa salah satu yang dapat menjadi penanda demam tifoid adalah pola yang terbalik.

Artinya, demam akan lebih tinggi pada malam hari dibandingkan pagi atau siang hari.

Baca Juga: Rumah Betang Dayak, Memiliki Simbol dan Makna Kebersamaan Serta Persaudaraan yang Harmonis

Lebih lanjut, Adityo mengatakan tifoid juga memiliki gejala yang berkaitan dengan pencernaan. Tak jarang, pasien akan mengeluh konstipasi atau susah buang air besar. Meski demikian, ada pula yang justru mengalami diare.

Sementara itu malaria merupakan penyakit yang disebabkan parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.

"Malaria memiliki gejala yang lebih khas. Kita mengenal trias malaria yang menjadi keluhan spesifik penyakit ini," ujar Adityo.

Baca Juga: Rumah Betang Khas Suku Dayak jadi Insipirasi Desain Hotel di Kalimantan

Adapun pola trias malaria tersebut, ungkap dia, adalah cold stage yaitu fase di mana pasien menggigil hebat, hot stage atau fase demam tinggi, dan sweating stage atau fase saat demam mulai berangsur turun tapi pasien akan sangat berkeringat.

"Berbeda dengan DBD, demam karena malaria akan turun dengan sendirinya meski tanpa obat," tutup Adityo.***

Editor: Yustinus Boro Huko

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah