"Misalnya : siswa yang lemah menulis dan membaca, maka guru harus memenuhi kebutuhan itu dulu sebelum lanjut ke kebutuhan memahami materi yang lebih kompleks dengan cara menuntun, dekati anak, ajari pelan-pelan sampai anak bisa membaca,"katanya.
Sedangkan, frasa segala kodrat pada kalimat tersebut menghendaki bahwa setiap anak memiliki potensi masing-masing maka guru harus bisa memfasilitasi anak-anak meraih mimpi dan cita-citanya.
"Guru hanya menebalkan garis pada anak, bukan membuat garis baru seturut kehendak guru,"tegasnya.
Dengan bertitik tolak pada ungkapan filosofis pendidikan Ki Hajar Dewantara, menginpirasi Pion Ratulolly untuk memfasilitasi para siswa SMPN Satap Tapobali, Desa Puhu, Kecamatan Adonara Timur, dengan berbagai metode dan strategi belajar.
"Saya memberikan bimbingan belajar khusus trik cepat mengerjakan soal UN saat sepulang sekolah, studi sore, dan belajar malam di setiap dusun. Alhamdulillah, dari sekolah pelosok ini, anak-anak meraih kelulusan dengan nilai rata-rata 90-an, di mana pada saat itu sekolah pelosok ini masuk dalam urutan sepuluh besar nilai UN tertinggi mata pelajaran Bahasa Indonesia tingkat kabupaten. Di sini saya merasa bangga karena walau anak-anak berasal dari sekolah pelosok tapi mampu bersaing dengan sekolah-sekolah prestasi di kota Larantuka,"terang Pion Ratulolly
Tak hanya itu, beberapa kali dirinya sempat membantu memfasilitasi siswa yang sudah putus sekolah untuk lanjut sekolah kembali hingga tamat SMP dan melanjutkan SMA hingga ada yang sudah menjadi tentara.