"Karena sederet kesan mulia inilah yang mendorong saya untuk merasa nyaman dan penuh syukur menjadi seorang guru. Bagi saya, guru adalah panggilan, bukan pekerjaan yang sekadar mendapatkan uang, tetapi juga mendapatkan kepuasan batin dan amal ibadah di hadapan Tuhan,"beber Pion Ratulolly.
Selain berprofesi sebagai guru, suami dari Ny. Aisah Muhammad ini juga tertarik dengan dunia tulis-menulis sejak masih SD.
Lebih rinci dikisahkannya, suatu ketika, saat membaca buku di perpustakaan, dirinya sempat berpikir. Penulis ini kok hebat sekali, ya. Kita tidak kenal mereka tapi kita bisa baca tulisan mereka. Suatu saat, saya ingin menulis seperti mereka.
Dalam perjalanan, ia pun sering menulis puisi-puisi di buku agenda Pramuka, sembari rajin membaca majalah Bobo dan Kunang-kunang yang dibeli di Waiwerang setiap Minggu dari uang tabungan jajan sehari-hari.
Ketika SMP, rajin menulis pengalaman pribadi di buku Agenda Pramuka, termasuk pengalaman berkemah dan pengalaman selama liburan yang nanti dibacakan di depan kelas saat masuk liburan.