"Jangan omong seperti pemimpin yang lalu karena siapa pun gubernur, kami sopir tetap jadi sopir. Kami tidak butuh jadi apa, yang penting itu kebijakan dan programnya untuk kami. Sehingga anak-anak kami bisa beasiswa, biaya pendidikan bisa dijangkau, kesehatan dan kebutuhan lainnya bisa terpenuhi," jelas Yulius.
Seperti diberitakan sebelumnya, para sopir tertarik dengan gagasan-gagasan visioner Frans Aba yang ingin mewujudkan kestabilan ekonomi berbasis penguatan konten-konten profesi lokal masyarakat, tetapi bukan hanya kalangan tertentu saja, melainkan juga semua kelompok, termasuk para sopir.
"Ide Bapak untuk mengutamakan para pekerja lokal dan membatasi raksasa-raksasa bisnis di wilayah NTT, itu suatu hal yang perlu kami apresiasi. Kami para sopir ini nasibnya kurang diperhatikan. Padahal, Kami sudah membentuk kelompok resmi dengan anggota 50-an orang dan sudah memiliki akte notaris beserta AD/ART yang jelas. Kami mau ada regulasi yang jelas untuk melindungi kami, terutama memberdayakan kami," pungkas Yulius.***