Primordialisme Kewilayahan Dalam Pilkada, 'Dosa yang Sudah Menjadi Kebiasaan'

- 27 April 2024, 11:38 WIB
Pater Laurentius Useng Sogen, SVD
Pater Laurentius Useng Sogen, SVD /Dokumen Suara Lamaholot/

Di sini yang menentukan kemenangan bukan kebenaran dan kebaikan tetapi berdasarkan besarnya rombongan dan tinggi rendahnya kedudukan masing masing pihak. Golongan yang kecil  dan rendah pasti kalah meski mereka berada pada pihak yang benar dan baik. Kalau demikian, maka menjadi nyata bahwa primordialisme telah menjadi penyebab ketidakadilan.   

 Ketiga, primordialisme dalam Pilkada. Penyebab utama terjadinya primordialisme dalam Pilkada adalah primordialisme primitip seperti yang telah dikemukakan di atas dengan jangkauan yang lebih diperluas, semisal wilayah. Jadi, yang menjadi penyebab utama adalah primordialisme yang sudah berakar dalam masyarakat primitip.

Primordialisme primitip ini dipertebal oleh para pejabat yang bermental primitip. Misalnya, lebih memperhatikan keluarga dan kenalan, lebih mementingkan masyarakat dari wilayah asalnya dan mengabaikan kepentingan masyarakat wilayah lain. Dia lebih mengakomodir kebutuhan masyarakat yang memilihnya dan tidak memperhatikan kebutuhan masyarakat lainnya.

Ketika seseorang mendapat jabatan tinggi, maka dia akan memboyong anggota keluarga dan kenalannya masuk dalam jaringan kerja dengan memberikan kepada mereka posisi tertentu mulai dari tukang sapu dan penyedia kopi teh untuk snack.                                                                                                                                   Keempat, bagaimana menurunkan tensi primordialisme kedaerahan dalam Pilkada. Apa yang dicatat di sini bukan hanya untuk kepentingan Pilkada tahun ini tetapi untuk jangka Panjang. Demi kepentingan ke depan, beberapa hal ini perlu dilakukan.

Pertama, populerkan slogan SATU LAMAHOLOT, TITE HENA mulai dari anak sekolah.

Kedua,memilih calon pejabat yang ada indikasi bermental modern dan tidak bermental primitip.

Menurut saya contoh dari pejabat yang bermental modern adalah Bapak Penjabat Doris Alexander Rihi yang sekarang sedang berkarya. Hal lain  yang tidak kalah penting untuk dilakukan  adalah rencana pembangunan pada wilayah wilayah yang menjadi prioritas harus disosialisasikan agar masyarakat tidak berpikir negatif bahwa yang satu dianak emaskan dan yang lain dianak tirikan. Ada satu pikiran yang muncul dari wilayah Ile Seburi bui Woka paga pele yang tentu tidak sepenuhnya diterima sebagai kebenaran adalah memilih calon yang sudah berada dalam keadaan "kenyang” agar kurang makan dan lebih banyak sisa untuk rakyat. Menurut pemikir itu, jika memilih  calon yang masih berada dalam keadaan "lapar” pasti banyak makan dan sisa untuk rahyat hanya KETENEQ.

Baca Juga: Dapatkah Doris Alexander Rihi Jadi Bupati Flores Timur?

                                                                                     Waiula, 27 April 2024 

Pater. Laurentius Useng Sogen,SVD, tinggal di Waiula Wulanggitang.***

Halaman:

Editor: Vinsensius P. Huler


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah