Wajib Diperhatikan! Perubahan Perilaku Remaja Memiliki Efek Buruk, Begini Kata dr Spesialis Kesehatan Jiwa

- 3 November 2023, 12:25 WIB
Dokter spesialis kesehatan jiwa dr. Fransiska M. Kaligis, Sp.KJ(K) mengingatkan orang tua bahwa perubahan perilaku yang dialami anak remaja akibat stres merupakan rambu bagi orang yang lebih tua untuk segera memberi perhatian dan bantuan kepada mereka.
Dokter spesialis kesehatan jiwa dr. Fransiska M. Kaligis, Sp.KJ(K) mengingatkan orang tua bahwa perubahan perilaku yang dialami anak remaja akibat stres merupakan rambu bagi orang yang lebih tua untuk segera memberi perhatian dan bantuan kepada mereka. /Harian Bogor Raya/

SuaraLamaholot.com - Dokter spesialis kesehatan jiwa dr. Fransiska M. Kaligis, Sp.KJ(K) mengingatkan orang tua bahwa perubahan perilaku yang dialami anak remaja akibat stres merupakan rambu bagi orang yang lebih tua untuk segera memberi perhatian dan bantuan kepada mereka.

"Itu mungkin suatu tanda bahwa kita perlu memberikan perhatian kepada remaja tersebut. Perhatiannya dalam bentuk apa, mungkin kita dekati dan ajak komunikasi dulu,” kata Fransiska yang berpraktik di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) dalam diskusi daring yang diikuti di Jakarta, Rabu 01 November 2023.

Ia juga menjelaskan, wajar apabila remaja mengalami stres saat mereka mengalami perubahan besar baik secara fisik, mental, maupun hormonalnya, dan di saat yang sama bertemu dengan orang dan lingkungan baru saat beranjak dewasa.

Baca Juga: Dokter Spesialis Urologi RSCM, Jelaskan dampak Testis pada Anak dan Perkembangannya

Bahkan tekanan yang dihadapi remaja saat masa pertumbuhan pada dasarnya punya dampak positif karena stres yang timbul dapat memotivasi mereka untuk mencapai sesuatu, seperti mempersiapkan ujian atau kompetisi hingga rampung, serta melatih diri menangani stres.

Sedangkan remaja yang menghadapi kondisi stres baru memerlukan bantuan orang lain, jika stres tersebut tidak bisa mereka tangani dan justru berdampak pada penurunan produktivitas, termasuk kinerja akademis, juga perubahan perilaku.

Fransiska yang juga mengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) tersebut memastikan jika perubahan perilaku tersebut tidak pulih dalam waktu dua pekan, kondisi tersebut dapat disebut sebagai gangguan stres yang jika tidak ditangani dapat berubah menjadi depresi.

Baca Juga: Badan Siber dan Sandi Negara Sampaikan ke Masyarakat Agar Berhati-Hati Terhadap Serangan Siber

Remaja yang kesulitan menangani stresnya perlu diajak bicara dan berkomunikasi, dan apabila kondisinya belum kunjung membaik, mereka bisa diajak berkonsultasi ke tenaga profesional yang bisa merencanakan tindakan pemulihan yang tepat.

Ia juga mengimbau bahwa ketika membantu remaja tersebut, orang yang lebih tua harus membangun kepercayaan dan menjelaskan bahwa niat mereka adalah membantu. Usaha tersebut harus dilakukan melalui persuasi dan bukan dengan cara paksaan atau kekerasan.

Halaman:

Editor: Yustinus Boro Huko

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah