Sempat Putus Harapan karena Kesulitan Ekonomi, Akhirnya Patrisia Bisa Daftar Sekolah di SMA

27 Juni 2024, 06:15 WIB
Suasana saat foto bersama /Dokumen Muhammad Soleh Kadir/

 

 

SuaraLamaholot.com - Patrisia Ina Seran. Nama siswi yang baru-baru ini cukup menyita perhatian dan empati publik media sosial di Flores Timur, wabilkhusus di grup SUARA FLOTIM.  Pasalnya, pelajar asal Desa Lewonara, Kecamatan Adonara Timur ini, meraih Juara 1 saat kelulusan SMP demi menunaikan wasiat almarhumah ibunya. Kendatipun untuk sampai ke titik tertinggi ini, siswi yang ditinggal pergi ayahnya sejak masih kecil dan ditinggal wafat ibunya ketika SMP ini, rela menjadi cleaning service di sekolahnya agar terbebas biaya sekolah hingga tamat SMP.

 

Hari Kamis yang manis kemarin, saya menemani dirinya mendaftar di SMA Katolik Frateran Podor. Sebuah sekolah yang terbilang mahal, prestisius, dan sangat sulit untuk dijangkau remaja dengan kondisi keluarga seperti Patrisia. Namun, Tuhan mengirim orang-orang baik hingga anak ‘Kenuk’ang’ ini bisa mendaftar di sekolah elit ini. Dialah orang tua asuhnya, Bapak Diston Fernandez yang menanggung biaya sekolah Patrisia tiga tahun di lembaga pendidikan ini.

 

Pagi itu, saat mayapada telah diterangi sang surya. Saya hendak berangkat ke Larantuka dari Lamahala. Kala itu, arloji di tangan saya menunjukkan pukul tujuh. Terlebih dahulu, saya menuju Waiburak untuk berpamitan kepada kepala sekolah, Bapak Ardin Tokan  . Lalu, sempat pula menyinggahi sekolah kami, SMPN 1 Adonara Timur, untuk memantau PPDB. Alhamdulillah, jumlah siswa kami sudah menanjak ke angka seratus kala itu. Terima kasih atas berkat ini, Tuhan.

Baca Juga: Dapatkah Kapal Putih Pelni Buka Rute Dari Papua ke NTT ?

Sementara itu, Patrisia bersama Mama Kecilnya menumpang kapal laut dari Waiwerang menuju Larantuka. Patrisia ditemani Mama Kecilnya sebab ke sana, Patrisia akan langsung menetap di Larantuka untuk tiga tahun ke depan. Dan sebagai perwakilan orang tua, Mama Kecilnya merasa wajib bertemu langsung dengan orang tua asuh Patrisia. Ini sebagai bukti ungkapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Pak Diston Fernandez karena sudah ikhlas membiayai hidup dan sekolah Patrisia selanjutnya.

 

Saya tiba terlebih dahulu di Larantuka dan mengikuti kegiatan Perumusan CP Kurikulum Muatan Lokal Flores Timur di SMPN 1 Larantuka. Berjumpalah saya dengan para guru penulis hebat di daerah ini. Di antaranya Silvester SW, Maksimus Masan Kian, Frans Berek,  Ary Toekan, Ambor Tokan, Piter Pieter Kedang, Amber Kebelen, dan lainnya. Kami pun terlibat dalam diskusi umum dan pleno kelompok yang alot dan berkualitas. Biasa, kalau bertemu, kami selalu perang gagasan yang kadang makan waktu berjam-jam namun menghasilkan pikiran yang benar-benar bernas.

 

Pukul sebelas, Patrisia bersama Mama Kecilnya telah tiba di Larantuka. Mereka langsung menuju rumah Bapak Diston Fernandez. Tidak lupa, mereka membawa buah tangan berupa jagung titi dan buah pisang. Ketahuilah, barang-barang ini mereka usahakan semampu mereka. 

 

Memang, bagi sebagian kita, jagung titi dan buah pisang tak ada harganya dan bisa kita beli dengan mudah. Namun, tidak bagi Patrisia dan Mama Kecilnya. Mereka harus menjual puluhan kelapa guna membeli jagung titi di Pasar Waiwerang dan buah pisang yang mereka petik sendiri di kebun. Saya mengikuti persis seluruh proses mereka seperti ini.

 

Setelah berpamitan kepada Bapak Sil Wuan sebagai pemandu kegiatan, saya pun menyusul mereka ke rumah Bapak Diston Fernandez. Di rumah yang juga merupakan Sekretariat Partai Perindo, Kabupaten Flores Timur, berada kisaran seratus meter dari ini SMA Frateran Podor. Di sana telah duduk Patrisia bersama Bapak Diston dan lainnya di teras rumah ini. Tampak Patrisia dan Mama Kecilnya sangat sungkan duduk di kursi dan berhadapan langsung dengan orang terpandang di kabupaten ini.

 

Kami lalu terlibat obrolan kekeluargaan dengan Bapak Diston Fernandez. Saya kerap lupa waktu kalau duduk bersama tokoh hebat Flores Timur ini. Sebab, darinya akan ada banyak ilmu yang bisa ditimba gratis.  

 

“Saya sudah mengontak pihak sekolah. Kami sudah menghitung segala kebutuhan Patrisia untuk pendaftaran ini. Patrisia tinggal ke sana bawa dokumen yang dibutuhkan untuk pendaftaran. Jangan lupa ambil seragam memang, ya,” kata Mantan Sekdis PKO Flotim ini dengan senyuman ramah sebagaimana karakternya yang bijak, berwibawa, dan dermawan.

 

Bapak Diston juga menceritakan bahwa beliau baru saja pulang dari Hinga, untuk mengikuti penguburan keluarga mereka. Katanya, di sana, berita mengenai Patrisia sudah banyak yang tahu dan mereka menyampaikan rasa hormat atas kesediaan hati orang-orang baik yang telah membantu Patrisia, termasuk Bapak Diston.

 

Saya yang mendengar itu, seketika terharu. Betapa, Patrisia yang selama ini tidak dikenal baik oleh kita semua, hari ini telah mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang-orang. “Hidup itu ibarat roda. Kalau sebelumnya berputar di bawah, suatu saat akan berpindah ke atas,” ucap saya dalam hati.

 

Bapak Diston juga menceritakan tentang kekuatan hati ayahnya yang harus rela putus sekolah dan bekerja demi menyekolahkan saudaranya yang kemudian hari menjadi pejabat tinggi di provinsi ini. Tak hanya itu, Bapak Diston juga menceritakan tentang suka dukanya menempuk pendidikan hingga menjadi sopir angkutan kota di Kupang kala itu. Memang, ada banyak pelajaran yang dapat diambil ketika duduk bersama orang hebat dan baik hati ini.

 

Setengah jam kemudian, saya dan Patrisia menuju SMA Frateran Podor. Bapak Diston bahkan mengutus putra kandungnya, Reynald Arnando Fernandez Gzr , untuk menemani kami. Lagi, saya mendapati kesungguhan dan kebaikan hati dari Bapak Diston dalam mengurus Patrisia ini.

 

Setelah mengantri, Patrisia mendapatkan giliran mendaftar.

 

“Pak Guru, tidak apa duduk saja. Biar saya yang atur pendaftaran Patrisia,” ungkap Reynald Fernandez dengan sangat santun kepada saya sembari berjalan bersama Patrisia menuju meja pendaftaran.

 

Jujur, sejak awal berkenalan, saya sudah tertegun dengan keramahan dan kesantunan putera dari Bapak Diston Fernandez ini. Bagaimana tidak? Cara dia menyapa, bersalaman, berbicara, duduk, menatap, dan berkomunikasi lewat chat dan telepon, menunjukkan bahwa anak ini memiliki perangai yang sangat terpuji.

 

Rasanya tak percaya. Sebab, biasanya anak-anak orang kaya cenderung agak apatis dengan orang lain karena merasa hidup mereka sudah terpenuhi secara baik oleh keluarga. Tapi anak ini lain. Dirinya begitu sopan dan ramah kepada siapapun. Bahkan beliau selalu menyapa saya dengan ‘Bapak’ yang saya pahami sebagai sapaan penghormatan. Pada akhirnya saya tiba pada suatu simpulan: Inilah buah dari didikan budi pekerti orang tua yang baik sehingga menghasilkan anak dengan perangai dan tutur kata yang lemah lembut.

 

Setelah mendaftar, kami diarahkan untuk mengambil seragam Patrisia di salah satu ruangan. Kami sempat melewati ruangan kepala sekolah. Tepat di depan pintu, saya membuang pandangan ke dalam. Saya mendapati kepala di sekolah ini sedang duduk ngobrol dengan seseorang. Saya pun kembali ke pintu itu dan menyampaikan salam sembari membungkukkan badan pertanda takjim.

 

“Eh, Pak Guru! Masuk dulu!” sapa Kepala SMA Frateran Podor, Bapak Robert Sabon Taka seraya berdiri menyalami tangan saya yang sudah saya sodorkan terlebih dahulu. Beliau pagi itu, tampak santai dengan tampilan baju kaos yang terkesan familiar dan akrab.

 

“Saya Pak Pion Ratulolly,” sapa saya sebagai pembuka obrolan.

 

Tanpa saya duga, sang kepala sekolah telah merangkul saya. “Saya tahu, kah! Kamu guru yang luar biasa. Hebat. Saya bangga sekali,” kata sang kepala sekolah dengan senyuman yang terkembang. “Mana Patrisia?” tanya sang kepala sekolah.

 

Wah, ternyata nama Patrisia telah dikenal di sini, sebelum anak ini mendaftar malah. Sebelumnya juga, salah satu guru di sini yang saya kontak terkait pendaftaran, juga menanyakan kapan Patrisia mendaftar di sekolah mereka. Bahkan tadi ketika saya berdiri di meja pendaftaran, beberapa guru di dalam sempat berkumpul dan bisik-bisik sambil menunjuk ke arah Patrisia. Bisa jadi, informasi soal pendaftaran Patrisia di sekolah ini telah mereka dengar sebelumnya.

 

Setelah bercakap sebentar dengan sang kepala sekolah, saya mohon diri untuk menemani Patrisia mengambil seragam di ruang sebelahnya. Ketika sampai di depan pintu ruangan seragam, telah berdiri seorang ibu guru berbaju kaos kuning berkerah. “Pak Guru. Ada seorang yang sedang tunggu Pak Guru di sana,” kata beliau dengan senyum ramah sembari menunjuk ke arah tempat parkir.

 

Saya melihat ke arah yang ditunjuk. Namun karena jaraknya cukupmjauh, mata saya belum menangkap jelas siapa sosok di ujung sana. Saya pun berjalan bersama ibu guru ini menuju tempat parkir. Semakin dekat, sosok pria paruh baya berdiri menyambut saya dengan senyuman. Dengan berlari ala Pramuka, saya mendekati beliau dan bergegas menciumi tangannya.

 

“Aduh, Ayahanda. Siap, salah! Maaf, saya tidak sempat tanda tadi karena agak jauh. Sekali lagi mohonmaaf,” ujar saya bersalah karena sosok yang menunggu saya ini adalah Bapak Piet Pedo Beke, Mantan Kakanmenag Flores Timur, sekaligus Mantan Ketua Kwarcab Flores Timur. Bagi saya, beliau tidak sekadar pejabat, tapi juga ayah. Karena darinya saya mendapatkan kasih sayang dan petuah serta motivasi tentang keikhlasan, kerja keras, dan fokus pada tujuan.

 

Kami lalu terlibat dalam obrolan yang apresiatif. Sama seperti Kepala SMA Frateran Podor, Bapak Piet juga menyampaikan apresiasi atas langkah kami dalam membantu Patrisia. “Inilah perwujudan satya dharma Pramuka yang sesungguhnya,” ucap pria yang ternyata beristrikan Ibu Lusia, guru di sekolah ini yang tadi mengajak saya menemui Bapak Piet.

 

Tak lama ngobrol, saya pamit untuk mengawal kembali pendaftaran Patrisia. Setelah selesai semua urusan pendaftaran, kami bertiga kembali ke rumah Bapak Diston Fernandez.

Baca Juga: Kisah Anak Yatim dengan Sepatu Butut Rela Jalan Kaki 21 Km Demi Ikut Tes Polisi

Kami sempat ngobrol sebentar sebelum saya kembali ke tempat kegiatan saya sebelumnya. Dalam perjalanan, di atas Jupe Putih yang melaju santai di jalan Trans Flores, saya sempat berbisik dalam hati. “Untuk hal baik, Tuhan selalu kirim orang-orang baik hati”. [pr].***

 

Editor: Vinsensius P. Huler

Sumber: Muhammad Soleh Kadir

Tags

Terkini

Terpopuler