Kisah Siswi Cleaning Service di Flores Timur, Gertha : 'Ae Mata Gando' Baca Cerita Patrisia

- 15 Juni 2024, 15:00 WIB
Momen saat Patrisia Ina Seran dan Muhammad Soleh Kadir melakukan silahturahmi di kediaman Gertha
Momen saat Patrisia Ina Seran dan Muhammad Soleh Kadir melakukan silahturahmi di kediaman Gertha /Dokumen Muhammad Soleh Kadir/

 

Sekolah memang sengaja memberi Patrisia kesempatan untuk menjadi siswa yang membantu melakukan kebersihan di sekolah pagi hari. Konsekuensinya, jika ada tagihan uang sekolah, maka lembaga ini akan membayarkan tagihan itu untuk Patrisia. Agar, Patrisia hanya fokus belajar, tidak usah cari uang untuk bayar tagihan ini. Di satu sisi, sekolah ingin melatih jiwa peduli, kerja keras, tanggung jawab, dan disiplin kepadanya. Di lain sisi, dirinya mendapatkan keuntungan dapat dibantu sekolah jika ada pembayaran-pembayaran tertentu.

 

Patrisia memang harus menangis di atas podium. Saya memahami itu. Barangkali, ia sedang mengingat-ingat kembali suka dukanya selama menempuh pendidikan di sekolah ini.

 

Saya teringat akan komitmen yang pernah ia sampaikan kepada saya beberapa waktu lalu saat screning anggota Pramuka. Saya melakukan Coaching dengan pola TIRTa. Patrisia pun bercerita, tentang kehidupannya sehari-hari di rumah. Tentang hidupnya bersama ibunya sendiri karena ayahnya pergi meninggalkan mereka. Ia juga sering membantu ibunya memetik sayuran dan buah di kebun siang hari. Lalu bersama ibunya berjualan sayur dan buah itu di Pasar Waiwerang saban sore. Dulu, jika Anda melewati Pasar Waiwerang, maka Anda bisa mendapati Patrisia dan Mamanya jualan di pinggir badan jalan raya samping Koramil.

 

Titik balik kebangkitan Patrisia adalah ketika Ibunya meninggal dunia. Patrisia benar-benar hancur. Betapa tidak, dirinya hanya memiliki ibunya saja di rumah. Ayahnya tidak tinggal bersama mereka dan sudah pergi ke kampung yang sangat jauh. Saudara lelakinya telah merantau ke luar yang hampir tidak pernah mengirimi mereka uang. Patrisia merasa hidupnya sudah putus harapan. 

 

Atas kesepakatan keluarga, Patrisia harus dititipkan tinggal bersama adik perempuan ibunya yang sudah berkeluarga dengan kehidupan yang juga sama memperihatinkan. Patrisa benar-benar terpukul atas peristiwa ini. Di sinilah, Patrisia yang sebelumnya tidak aktif di sekolah, mulai aktif ikut berbagai kegiatan, termasuk Pramuka, Komunitas Literasi, dan ekstrakurikuler lainnya.

Halaman:

Editor: Vinsensius P. Huler


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah