Baca Juga: Prakiraan Cuaca Minggu 21 April, Waspada Terhadap Bencana Hidrometeorologi
Meskipun lahir dari keluarga priyayi dia tidak ingin menikmati semua privilege itu sendiri.
Kartini ingin semua perempuan Indonesia mendapatkan hak yang sama. Kartini yang mendapat kesempatan untuk mengenyam pendidikan cukup tinggi di masa itu, ingin perempuan-perempuan lain juga mendapatkan hak sama seperti dirinya.
Baca Juga: Polres Lembata Gelar Pelatihan Satpam Gada Pratama
Meskipun di tengah jalan hidupnya juga menerima kebuntuan. Saat itu ayahnya justru menentang Kartini menempuh pendidikan yang tinggi dan menyuruh Kartini lebih banyak menghabiskan hidupnya di rumah selayaknya putri bangsawan.
Sehari-hari, R.A. Kartini dipaksa belajar menjadi putri bangsawan sejati yang selalu diam seperti boneka dan membiasakan diri untuk berbicara dengan suara halus dan lirih.
Baca Juga: Puisi Onchy Rebon: Rembulan Telanjang
Ia juga harus berjalan setapak demi setapak, menundukkan kepala jika anggota keluarga yang lebih tua lewat, serta masih banyak lagi aturan-aturan adat lain yang harus dipatuhi.
Dalam masa pingitan, kehadiran sahabatnya yang bersedia menjenguk yaitu Letsy Detmar bisa menjadi pelipur lara karena R.A. Kartini banyak diceritakan tentang dunia luar olehnya.
Baca Juga: Menelusuri 8 Destinasi Wisata di Alor NTT, Dengan View Alam yang Mempesona