NTT Terancam Gagal Nikmati Bonus Demografi pada 2045, Ternyata Ini Penyebabnya

- 26 April 2024, 09:39 WIB
Kepala BKKBN saat pidato dalam Rakernas di Kantor BKKBN Pusat, Jakarta, Kamis (25/4/2024)/Foto: Istimewa
Kepala BKKBN saat pidato dalam Rakernas di Kantor BKKBN Pusat, Jakarta, Kamis (25/4/2024)/Foto: Istimewa /

Selain itu, ia juga mengungkapkan, terjadi penurunan signifikan pada tren masyarakat menikah.

Menurut catatannya, saat ini hanya terjadi 1,5 juta pernikahan per tahun menurun dari angka 2 juta dalam kurun satu dekade terakhir.

Baca Juga: Menanti Janji Menteri PAN-RB Tuntaskan Honorer K2 Jadi PPPK Tahun Ini

Hasto menegaskan, dalam menyongsong bonus demografi kualitas sumber daya manusia (SDM) juga harus ditingkatkan. Sehingga ketika masa bonus demografi tiba, dapat dioptimalisasikan oleh orang-orang yang berkualitas.

"Aging population akan otomatis terjadi karena angka harapan hidupnya meningkat. Dan tidak ada program pemerintah mengurangi populasi orang tua, kalau mengurangi balita dengan kontrasepsi. Kita harus berhati-hati menghadapi aging population di mana sandwich generation harus menanggung itu. Kalau sandwich generation-nya tidak berkualitas memang cukup berat," kata dia.

Baca Juga: Politik Primordial Jelang Pilkada 2024 dan Tiga Legacy Doris Alexander Rihi di Lewotanah Flores Timur

Kekhawatiran serupa juga pernah disuarakan oleh Kepala BKKBN NTT Dadi Ahmad Roswandi.

Ia menyebut, rasio ketergantungan penduduk usia produktif terhadap non produktif di daerah ini masih tinggi yakni sebesar 55,66 persen. Hal itu membuat NTT gagal menikmati bonus demografi.

Baca Juga: Bukit Doa Watomiten, Destinasi Wisata Rohani yang Menakjubkan di Lembata

Menurutnya, penurunan fertilitas (kelahiran) menjadi penentu penting untuk tercapainya bonus demografi, karena dengan menurunnya kelahiran mengakibatkan proporsi penduduk usia anak atau usia 0–14 tahun ikut menurun.

Halaman:

Editor: Emanuel Bataona


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah