Terinspirasi Kisah Perempuan Adonara Flores Timur NTT, Kristina Laga Lela: Gading-Gading Retak Tak Bertuan

- 18 Desember 2023, 13:01 WIB
Terinsipirasi dari kisah heroik kehidupan perempuan-perempuan di Pulau Adonara Flores Timur NTT, Salah seorang Ibu Guru Bahasa Indonesia di SMA N 1 Adonara Barat menulis cerpen menceritakan tentang kehidupan perempuan yang lahir dari rahim pulau Adonara.
Terinsipirasi dari kisah heroik kehidupan perempuan-perempuan di Pulau Adonara Flores Timur NTT, Salah seorang Ibu Guru Bahasa Indonesia di SMA N 1 Adonara Barat menulis cerpen menceritakan tentang kehidupan perempuan yang lahir dari rahim pulau Adonara. /Dok.SuaraLamaholot.com/

SuaraLamaholot.com - Terinsipirasi dari kisah kehidupan perempuan-perempuan di Pulau Adonara Flores Timur NTT, Salah seorang Guru Bahasa Indonesia bernama Kristina Laga Lela yang mengajar di SMA N 1 Adonara Barat mencoba mengangkat kisah  tentang kehidupan perempuan di Adonara yang tidak menikah dikarenakan faktor budaya dan adat istiadat, misalnya dilhat dari derajat sosial dan kasta dalam kehidupan bermasyarakat menjadi aspek penentu banyak sedikitnya jumlah gading (mahar) si perempuan. Yang mengakibatkan kaum pria tak berani untuk mendekati dan melamar perempuan untuk jadi pasangan hidupnya.

Menurut Ibu Kristina, mengapa ia menggunakan judul Gading-Gading Retak Tak Bertuan? Menurutnya gading merupakan simbol dari perempuan di Pulau Adonara dan retak tak bertuan yang mengartikan bahwa, akibat belis atau mahar yang tinggi akhirnya tak ada yang berani melamar perempuan-perempuan itu. Akhirnya mereka hidup sendiri sampai akhir hayatnya.***

Berikut ini karya cerpennya Gading-Gading Retak Tak Bertuan.

GADING-GADING RETAK TAK BERTUAN

Hidup ibarat roda yang berputar, terkadang putarannya membawa kita berada di atas atau bisa saja di bawah. Kita tidak bisa memprediksikan apa yang akan terjadi pada kita hari ini, besok dan seterusnya Manusia diciptakan saling berdampingan satu sama lain baik laki-laki maupun perempuan.

Baca Juga: Setelah Shio Monyet, Ini Prediksi Shio yang Karirnya Melejit di Tahun Naga 2024, Shio Kamu Termasuk?

Laki-laki dan perempuan harus hidup bersama dalam sebuah ikatan pernikahan, ibarat sepasang sepatu yang tidak bisa dipisahkan. Lantas bagaimana dengan mereka yang memilih hidup sendiri, apakah itu suatu pilihan hidup ataukah suatu keterpaksaan karena adanya beberapa faktor yang tidak bisa dipenuhi, antara lain faktor perbedaan agama, perbedaan adat dan budaya atau juga perbedaaan ekonomi.

Itulah lika-liku kehidupan yang harus kita cicipi "Aku pernah cantik, wajah ini dulu begitu memesona senyum ini dulu sangat manis, semanis madu, rambut ini dulu sangat indah, banyak yang menggilai mahkotaku kulit ini sangat putih tanpa adanya bekas luka yahhhhhh... Aku dulu sangat cantik bak bidadari. "ucap seorang seorang wanita paruh baya dalam hatinya.

Hampir dua jam Ina' Kewa menatap wajahnya di depan cermin, rambut pirang bergelombang itu kini telah beruban keemasan, mata bola pimpong yang dulunya hitam kecoklatan kini berwarna keabuan, bibir yang dulunya bermerahkan dua atau tiga macam warna lipstik kini pucat bergincukan sirih pinang, wangi parfum yang dulunya selalu tercium, kini hanya bau asap yang tercium dari tubuhnya. Jari-jari lentik yang dihiasai warna merah kuteks kini telah kasar dan berkeriput dihiasi dengan kuku-kuku hitam yang pucat.

Dia adalah Ina Kewa wanita paruh baya yang berumur sekitar lima puluh tahun, hidup di sebuah kampung kecil di Adonara, kabupaten Flores Timur, NTT. Dulu Ina Kewa adalah wanita tercantik di kampungnya, Ina Kewa adalah wanita asal Adonara yang masih mempunyai darah blasteran Portugis, karena nenek moyang Ina Kewa dari pihak ibu masih berasal dari Portugis, dulu waktu penjajah datang ke Adonara, salah satu dari mereka pernah menjadikan nenek buyut dari Kewa sebagai gundiknya.

Puas memandang pantulannya, Kewa pun beranjak dan pergi ke dapur untuk menyiapkan makan siang untuk saudara laki-lakinya, juga iparnya dan ponakan- ponakannya. Kakaknya pensiunan polisi dan kini menghabiskan masa tuannya di rumah dengan bekerja bercocok tanam di kebun bersama istrinya. Mereka mempunyai dua orang anak, Si sulung Rian bekerja sebagai guru PNS di kampungnya dan Ani seorang bidan desa yang baru bekerja dua tahun dan berstatus honor, mereka berdua belum menikah, Rian masih menyandang status bujang akut dikarenakan tidak pernah mempunyai pacar, sedangkan Ani sudah mempunyai pacar dan akan segera menikah, mungkin dua atau tiga tahun ke depan.

Halaman:

Editor: Yustinus Boro Huko


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah