Info Terkini! PVMBG: Gunung Ile Lewotolok di Lembata NTT, Didominasi Gempa-Gempa Aktivitas Dangkal

- 26 April 2024, 12:03 WIB
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mencatat jumlah gempa yang terjadi di Gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam kurun waktu sepekan mulai dari tanggal 16 hingga 22 April.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mencatat jumlah gempa yang terjadi di Gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam kurun waktu sepekan mulai dari tanggal 16 hingga 22 April. /Keterangan foto lama dokumen BNPB/

SuaraLamaholot.com - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mencatat jumlah gempa yang terjadi di Gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam kurun waktu sepekan mulai dari tanggal 16 hingga 22 April.

Oleh karena itu, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Hendra Gunawan dalam laporan evaluasi yang dilansir dari ANTARA, Jumat 26 April 2024 mengatakan bahwa peningkatan kegempaan yang terjadi di gunung tersebut didominasi oleh gempa-gempa aktivitas dangkal atau permukaan.

Baca Juga: Ombudsman Bersama Pemerintah Kabupaten Alor NTT, Fokus Bahas Percepatan Pembangunan

"Yaitu gempa letusan atau erupsi, gempa hembusan dan Tremor Non Harmonik," sebut Hendra Gunawan.

Namun lanjut dia, peningkatan jumlah kegempaan tidak diikuti dengan pola energi seismiknya, yang cenderung menurun meskipun masih berada di atas ambang batas normal.   

Baca Juga: Ombudsman NTT Soroti Pihak Pelabuhan Tenau Kupang, Akibat Taxi Online Dilarang Masuk, Ada Apa?

Tentunya hal ini mengindikasikan gempa-gempa yang terekam berenergi cukup kecil, namun dengan jumlah gempa yang lebih banyak dari pada periode satu pada minggu sebelumnya. 

Dia juga menyampaikan bahwa sesuai pengamatan instrumental yang dilakukan oleh petugas pos pemantau gunung Ile Lewotolok di Kecamatan Ile Ape itu menuunjukan aktivitas gunung masih berada pada level III atau (siaga) itu tercatat bahwa dalam periode 16 hingga 22 April 2024 tercatat 363 kali gempa erupsi.

Baca Juga: Jadwal KM Umsini Terbaru Mei 2024 Lengkap: Memulai Rute Kupang ke Lewoleba

Kemudian juga gempa hembusan mencapai 2.276 kali, dua kali gempa Harmonik, 41 kali Tremor Non-Harmonik , satu kali gempa Vulkanik Dangkal, sembilan kali gempa Vulkanik Dalam, empat kali gempa Tektonik Lokal, dan 6 kali gempa Tektonik Jauh.

Selain itu juga energi seismik yang dihitung dengan metode perata-rataan nilai amplitudo atau yang disebut Real-time Seismic Amplitude Measurements (RSAM) menunjukkan fluktuasi energi dalam periode ini dengan tren menurun, serta masih di atas ambang batas normal.

Baca Juga: NTT Terancam Gagal Nikmati Bonus Demografi pada 2045, Ternyata Ini Penyebabnya

Sementara berdasarkan data pengukuran Electronic Distance Measurement (EDM) pada periode satu minggu terakhir menunjukkan fluktuasi jarak miring dengan kecenderungan sedikit menurun di kedua titik ukur LWT1 (malam hari) dan di LWT2 (malam hari).

Kemudian berdasarkan pengamatan visual gunung yang pernah meletus pada November tahun 2020 itu terlihat jelas hingga tertutup kabut. Kemudian juga teramati asap kawah berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tipis hingga tebal, tinggi 50 – 800 meter dari puncak.

Baca Juga: Sebagai Destinasi Pariwisata, Labuan Bajo Diharapkan Jadi Green Gestination

Sementara cuaca cerah hingga hujan, angin ke Tenggara, Barat Daya, Barat, dan Barat Laut. Terjadi letusan/erupsi, dengan tinggi 100 - 400 meter dari puncak, kolom erupsi berwarna putih hingga kelabu.

Berdasarkan pengamatan itu makanya pihaknya menyimpulkan bahwa aktivitas erupsi di gunung itu masih tinggi dan hembusan asap dan cenderung meningkat bila dibandingkan dengan hasil pengamatan periode 7-15 April 2024.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Jumat 26 April 2024, Hujan Lebat dan Status Waspada di Sejumlah Wilayah

Tinggi kolom erupsi atau letusan dapat lebih tinggi dari yang diamati karena faktor cuaca yang menyebabkan pengamatan visual tidak maksimal dilakukan.

Badan Geologi pun merekomendasikan masyarakat Desa Lamatokan dan Jontona agar mewaspadai potensi ancaman bahaya guguran atau longsoran lava dan awan panas dari bagian timur puncak atau kawah gunung.

Baca Juga: Duh! Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Merosot, Kenapa?

Sedangkan masyarakat Desa Jontona dan Todanara direkomendasikan agar tidak memasuki wilayah sektoral selatan dan tenggara sejauh tiga kilometer dari pusat aktivitas gunung.***

Editor: Yustinus Boro Huko

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah