Ombudsman RI Imbau Pemerintah Memperketat Pengawasan Harga Eceran Tertinggi Bawang Putih, Karena Hal Ini

- 23 Maret 2024, 13:34 WIB
Anggota Ombudsman RI Yeka Hendra Fatika menekankan bahwa pemerintah harus memperketat pengawasan harga eceran tertinggi (HET) bawang putih, karena harga komoditas ini di tingkat konsumen seringkali naik signifikan melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET).
Anggota Ombudsman RI Yeka Hendra Fatika menekankan bahwa pemerintah harus memperketat pengawasan harga eceran tertinggi (HET) bawang putih, karena harga komoditas ini di tingkat konsumen seringkali naik signifikan melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET). /Pikiran Rakyat/

SuaraLamaholot.com - Anggota Ombudsman RI Yeka Hendra Fatika menekankan bahwa pemerintah harus memperketat pengawasan harga eceran tertinggi (HET) bawang putih, karena harga komoditas ini di tingkat konsumen seringkali naik signifikan melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET).

Dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat 22 Maret 2024, melansir dari data Badan Pangan Nasional dan Kementerian Perdagangan, mengatakan bahwa harga bawang putih naik signifikan sejak Mei-Juli 2023, dari Rp35.220 per kg sampai Rp39.990 per kg.

Sementara harga bawang putih per awal Maret 2024 menembus harga Rp39.170 per kg. Harga ini naik sekitar 22,41 persen dari HET Rp32.000 yang telah ditetapkan Kemendag sejak 2019.

Baca Juga: KSP Dorong Pengusutan Kekerasan Terhadap Warga Sipil, Diduga Ada Keterlibatan Oknum Anggota TNI di Papua

“Sudah ada HET bawang putih Rp32.000, tetapi (penerapannya) tidak ditertibkan,” beber Yeka.

Yeka menekankan pentingnya pengawasan ketat terhadap HET bawang putih, karena pengawasan ini dapat membantu mendeteksi adanya tindakan koruptif dalam penjualan bawang putih di Indonesia.

Ia juga mempertanyakan alasan di balik kenaikan harga bawang putih di Indonesia yang tidak sejalan dengan tren global.

Baca Juga: Pasca Gugurnya Dua Anggota Polisi Pos Pol 99 Kabupaten Paniai Papua Tengah, Kapolda Papua Kirim 1 Regu Brimob

Menurutnya, perang di Ukraina tidak dapat dijadikan alasan utama kenaikan harga, mengingat impor bawang putih Indonesia saat ini didominasi oleh China.

"Apakah ongkos angkut melonjak? Tidak juga. Apakah importir dan distributor agen ramai-ramai meningkatkan keuntungan bersihnya? Tidak juga. Nah, ini ada yang salah dalam tata kelola RIPH (Rekomendasi Impor Produk Hortikultura) bawang putih,” tohok Yeka lagi.

Halaman:

Editor: Yustinus Boro Huko

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x