Saat itu, kebaktian terdiri dari nyanyian pujian, doa, dan pembacaan Alkitab saat orang-orang melakukan perjalanan melalui banyak tempat suci di dalam kota.
Di tempat terakhir, tempat kenaikan Yesus ke surga, pelayanan akan membacakan bagian alkitabiah tentang kemenangan Yesus masuk ke Yerusalem.
Baca Juga: Yes! Promosi Pariwisata Menjadi Fokus Putri Indonesia NTT I 2024 Veronica Asadoma
Tradisi Minggu Palma berlanjut hingga abad keenam dan ketujuh ketika pohon palem mulai digunakan dalam upacara pemberkatan.
Pada abad kedelapan, prosesi pagi menggantikan prosesi malam dan Gereja Barat merayakan apa yang sekarang dikenal sebagai Minggu Palma.
Saat ini, umat Kristen memperingati Minggu Palma untuk mengingat kematian pengorbanan Kristus di kayu salib, memuji Tuhan atas karunia keselamatan, dan menantikan kedatangan Tuhan yang kedua kali.
Baca Juga: Mantan Kapolda NTT Johni Asadoma Siap Jadi Kandidat Calon Gubernur NTT
Banyak gereja, termasuk tradisi Lutheran, Katolik Roma, Metodis, Anglikan, Ortodoks Timur, Moravia, dan Reformasi, mendistribusikan daun palem kepada jemaat pada Minggu Palma untuk perayaan adat.
Dilansir Catholic, cabang-cabang palem dikenal secara luas sebagai simbol perdamaian dan kemenangan.