Provinsi NTT Miliki Konflik Tertinggi Antara Buaya dan Manusia, Ini Data Resmi BBKSDA NTT

11 April 2024, 11:03 WIB
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Nusa Tenggara Timur telah mencatat bahwa pada tahun 2023 terjadi tujuh kasus konflik antara manusia dan buaya, yang terjadi di Pulau Timor. /Pixabay/

SuaraLamaholot.com - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Nusa Tenggara Timur telah mencatat bahwa pada tahun 2023 terjadi tujuh kasus konflik antara manusia dan buaya, yang terjadi di Pulau Timor.

Kepala BBKSDA NTT Arief Mahmud di Kupang pada Kamis 11 April 2024, Pulau Timor memiliki  jumlah korban gigitan buaya terbanyak dari total 15 kasus di seluruh NTT.

Menurutnya, tingkat interaksi yang tidak baik antara manusia dan buaya di NTT lebih tinggi daripada di provinsi lain di Indonesia.

Baca Juga: Wow! Ini 5 Hidangan Favorit Lebaran yang Menggugah Selera

Berdasarkan informasi yang tertera, dari total 15 orang yang menjadi korban gigitan buaya, lima di antaranya meninggal dunia akibat gigitan yang parah.

Ada enam kasus konflik antara buaya dan manusia yang terjadi di Pulau Sumba, sementara di Flores dan kabupaten Lembata hanya terjadi satu kasus masing-masing.

Diketahui sejak awal tahun 2024 hingga sekarang, sudah terjadi dua insiden yang mengakibatkan satu orang tewas. Menurutnya, selama rentang waktu Januari hingga April 2024, terdapat dua insiden pertentangan yang mengakibatkan kehilangan satu nyawa.

Baca Juga: 20 Orang WBP Lapas Lembata Terima Remisi Khusus Hari Raya Idul Fitri Tahun 2024

Oleh karena itu, Arief ingin menyelesaikan masalah interaksi negatif tersebut.

"Ada beberapa tindakan yang perlu dilakukan. Salah satunya adalah memperbaiki habitat yang rusak, seperti hutan mangrove," ujarnya.

Selain itu, juga perlu membatasi aktivitas masyarakat di kawasan yang merupakan habitat satwa.

Dia mengungkapkan bahwa kemunculan buaya di tempat umum bisa terjadi karena buaya mencari tempat tinggal baru akibat kerusakan habitatnya sendiri atau persaingan untuk wilayah yang menyebabkan individu tertentu harus pindah.

Baca Juga: Lapas Lembata Gelar Sholat Ied Bersama WBP dan Pemberian Remisi Khusus Idul Fitri 2024

Menurutnya, ada situasi di mana buaya juga berhubungan dengan penduduk ketika mereka bergerak atau mencari makan.

Dengan demikian, kata dia, langkah segera yang diambil pemerintah saat terjadi kejadian yang tidak diinginkan, terutama di tempat umum atau daerah yang berdekatan dengan permukiman, adalah menangkap dan memindahkan ke tempat lain. Mengingat jumlah buaya yang cukup banyak saat ini berada dI NTT.

Diperlukan usaha untuk mengubah tantangan ini menjadi peluang. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan membangun fasilitas lembaga konservasi umum yang juga dapat dimanfaatkan untuk tujuan wisata.

Baca Juga: 26 WBP Lapas Kelas IIA Kupang Terima Remisi Khusus Hari Raya Idulfitri 2024

Di samping itu, investor juga perlu aktif terlibat dalam memanfaatkan peluang ini dengan mendapatkan bantuan dari BBKSDA NTT dalam proses perizinan.

Terkait konflik ini, BBKSDA NTT mengimbau agar masyarakat tidak mengambil tindakan sendiri ketika bertemu dengan buaya, tidak membuang sisa makanan di laut yang bisa memancing buaya datang, dan melaporkan kejadian negatif antara manusia dan buaya melalui pusat panggilan BBKSDA NTT.

Editor: Yustinus Boro Huko

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler