Profesor Walid Basha: Kami adalah Manusia dan Bukan Angka !

- 16 November 2023, 09:30 WIB
Seorang perempuan warga Palestina yang mengangkat tangannya sembari menangis
Seorang perempuan warga Palestina yang mengangkat tangannya sembari menangis /Sumber foto Instagram/@harapanamalmulia

 

SuaraLamaholot.com-  Profesor Walid Basha, seorang Kristen yang tinggal di Jenin, menggambarkan ketakutan di Tepi Barat akan invasi Israel yang kedua, karena kekerasan di dua wilayah Palestina meningkat secara dramatis. Walid Basha adalah seorang Kristen Palestina di Jenin, Tepi Barat, dan seorang profesor mikrobiologi di Universitas Nasional An-Najah. 

Dia berbicara kepada Vatican News dari kampung halamannya tentang ketakutannya bahwa wilayah Palestina yang lebih luas akan mengalami nasib yang sama seperti Gaza: sebuah invasi.

Sejak Israel mendeklarasikan perang terhadap Hamas menyusul serangan mematikan mereka pada tanggal 7 Oktober, Tepi Barat telah menghadapi peningkatan kekerasan yang besar, dengan pemukim Israel memperluas pemukiman mereka dan memperkuat cengkeraman Israel yang sudah ketat di wilayah kantong yang dikelola oleh Otoritas Nasional Palestina. 

Baca Juga: Doa kepada Hati Maria Yang Tak Bernoda di Tengah Badai Perang

Dalam wawancara tersebut, Profesor Basha meluncurkan permohonan bantuan kepada komunitas internasional. Hanya dalam waktu lima minggu perang, setidaknya 190 warga Palestina telah terbunuh di Tepi Barat, menurut kementerian kesehatan Otoritas Palestina.

Kekhawatiran akan invasi Israel meningkat di Jenin 

Di Jenin, titik fokus konflik antara pasukan Israel dan warga Palestina di Tepi Barat, ketakutan mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. 

Di kota tersebut, tempat kamp pengungsi Palestina yang paling kritis dan padat penduduknya berada, dengan sekitar 17.000 orang menghadapi kondisi hidup yang sulit, 15 orang pemuda tewas dalam bentrokan dengan Israel pada tanggal 9 Oktober saja. Meski hadirnya “Freedom Theater”, sebuah lembaga kebudayaan yang didirikan bersama beberapa intelektual Israel pada tahun 2006 yang selalu mengupayakan dialog antara kedua komunitas, harapan akan rekonsiliasi semakin memudar.

Saat saya berbicara dengan Anda, kami duduk di rumah menunggu invasi; kita tidak tahu kapan itu akan terjadi atau bagaimana. Bisa pada siang hari atau malam hari. Itu bisa terjadi kapan saja,” kata Profesor Basha. 

Halaman:

Editor: Vinsensius P. Huler

Sumber: Vatican News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x