Pemugaran itu juga didasarkan pada kondisi rumah ibadah tertua ini tidak layak lagi dipandang, karena sebagian dinding dan atap mengalami perapuhan, sehingga perlu direnovasi, tanpa menghilangkan keasliannya yang tetap tampak pada sebagian dinding ruangan yang hingga kini masih ada.
Masjid Agung Al Baitul Qadim ini merupakan simbol pemersatu warga Muslim dengan non-muslim karena dalam pembangunan Masjid ini pun mendapat bantuan dari masyarakat etnis asli setempat di bawah perintah Raja Taebenu Raja Timor Barat Timor Loro Manu ketika itu.
Baca Juga: Berikut Ini Panduan Desain Rumah Minimalis untuk Daerah Tropis, Dijamin Bermanfaat
Sehingga masyarakat Tabenu merasa turut serta memiliki tanggungjawab untuk menjaga keberadaan Masjid Agung Al Baitul Qadim. Hal ini terwujud dengan sikap penjagaan yang mereka tunjukkan dan wujudkan dalam pergaulan mereka sehari-hari.
Ikatan Persatuan ini diperkuat dan diperluas dengan adanya hubungan perkawinan dengan berbagai suku setempat membuat Masjid Agung Al Baitul Qadim semakin jelas menjadi sebuah simbol Pemersatu yang mengikat hati-hati setiap warga Timor.
Baca Juga: Seorang Pria Asal Lembata Meninggal Saat Berenang di Laut Lamalera
Sehingga dengan keadaan ini masyarakat “Kampung Imam dan Kampung Raja” dapat dengan aman menjalankan beraneka ragam bentuk ritual keagamaan dengan tenang dan tidak mendapatkan gangguan.
Masjid Agung Al Baitul Qadim ini menjadi tempat kunjungan umat Islam kalau ke NTT, hal ini karena ingin mengetahui keberadaan masjid yang tergolong tertua di wilayah Pulau Timor ini sembari melakukan perjalanan wisata rohani di Kota Kupang.
Baca Juga: Mengenal Sosok Herman Fernandez Tentara Pelajar Pejuang Kemerdekaan Asal Flores Timur NTT
Masjid dengan arsitektur khas yang menggabungkan unsur budaya Flores Timur dengan Arab itu merupakan simbol perlawanan warga Airmata terhadap penjajahan Portugis, Belanda dan Jepang.