SuaraLamaholot.com - Publik di grup "kerajaan media sosial" disuguhi isu politik primordial atau politik identitas jelang Pilkada 2024. Kini, sudah saatnya untuk tidak boleh terjebak pada dikotomi Solor, Adonara Larantuka lagi melainkan berusaha menghentikan laju sistem politik parokial dan beralih ke sistem politik partisipan sebab pada prinsipnya tak ada yang mempersoalkan siapa yang bakal menjadi Bupati Flores Timur nanti. Yang paling terpenting siapa the next leader Kabupaten Flores Timur yang bakal menyamai atau bahkan melampaui kinerja Penjabat Bupati Flores Timur Doris Alexander Rihi yang seolah menjelma sebagai kiblat standar serentak bakal meninggalkan tiga legacy (warisan) di Lewotanah Flores Timur.
Fenomen empiris isu di kerajaan medsos dan tiga legacy yang bakal ditinggalkan Penjabat Bupati Flores Timur Doris Alexander Rihi, itu diungkapkan oleh Staff Pengajar Fisip Unwira Kupang, Dion Lamawuran.
Kepada suaralamaholot.com, via layanan seluler Rabu 24 April 2024, Dion Lamawuran menerangkan, kita tidak boleh terjebak pada dikotomi wilayah sebab isu promordial itu tidak penting.
"Lalu kaitannya dengan para figur ini menurut saya, kita tidak boleh terjebak dalam dikotomi Solor, Adonara dan Larantuka lagi. Memang banyak ruang dalam diskusi publik atau diskusi privat di grup WhatApp itu banyak pendapat yang memunculkan egosentris wilayah. Orang Adonara mau jadi nomor satu. Begitu pula orang Solor, dan Flores daratan juga memiliki ambisi yang sama. Pertanyaanya, apakah itu penting ? Kalau menurut saya isu primordial itu tidak penting,"katanya.
Lebih rinci diterangkannya, narasi politik primordial atau politik identitas memang kerap menjadi isu seksi dan sensitif yang biasanya dimunculkan di daerah-daerah atau negara-negara yang memang budaya politiknya itu masih parokial. Hal ini disebabkan karena orang mau mendulang suara dengan isu-isu seperti itu.